PERTANYAAN UNTUK DIREFLEKSIKAN DAN DICARI JAWABANNYA:
Untuk orang Manggarai, apakah ada hubungan antara gen dan bahasa? Apakah adat perkawinan menyalurkan transmisi bahasa? Pada Suku-suku lain, misalnya Sumba dan Timor, menurt Stefen Lansing, profesor Antropologi dan Ahli Bahasa dari Santa Fe Institute, ada korelasi antara gen dan bahasa di mana anak-anak belajar bahasa ibu yang diturunkan dari DNA (deoxyribonucleic acid) mitokondria ibu. (Lihat https://www.kompas.id/baca/humaniora/2022/08/22/data-genomik-manusia-indonesia-untuk-pemetaan-budaya-dan-pengobatan-presisi?utm_source=external_kompascom&utm_medium=berita_terkini&utm_campaign=kompascom&status=sukses_login&status_login=login , dibaca pada 23 Agustus 2022, pkl 07.30 - 07.55 am).
ǝ
SIAPAKAH ORANG MANGGARAI ITU ---- 4
Orang Manggarai mengenal sogan 4T, yakni Toing (mengajar /mendidik), Toming (mencontoh), Titong (Mengarahkan), Tatong ( Mendidik?). 4 T itu seyogyanya dimiliki oleh orang tua atau pemimpin agar bisa membimbing anak agau rakyat dengan bijaksana. Selain 4T, juga ada 5R, yakni: Reis (Menyapa) , Ruis (dekat), Raes (berteman /bersahabat), Raom (bergabung / melebur / bekerja sama), Roes (murah) . Sikap-sikap di atas penting untuk orang Manggaarai demi kehidupan pribadi dan bersama yang rukun, damai, sukses.
Toing kudut noing / doing) (Mengajar supaya sadar)
Titong kudut tingo (Mengarahkan supaya mengetahui)
Toming kudut ndorik (Mencontohkan supaya diikuti)
Tatong kudut pangong (Mendidik supaya memahami/mengingat)
(JPS, 6 Januari 2023).
Orang Manggari menempatkan seseorang yang dianggap kuat dalam segala hal sebagai sandaran terakhir untuk diskusi dalam mengambil keputusan. Orang yang dianggap kuat itu baik dalam lingkup keluarga inti, keluarga luas, suku, kampung . tokoh adat, tokoh agama, tokoh politik. Orang kuat itulah yang menentukan kata terakhir darisuatu kepusan atau kebijaksanaan. Orang terakhir dalam menentukan kebijakkan itu disebut: ata dopo tanjeng (deming) (orang terakhir sebagai tumpuan harapan).
JPS, 27 Agustus 2020
Orang Manggarai dikenal sebagai makhluk pribadi dan komunitas (sosial) . Sebagai pribadi, manusia itu khas, berbeda dari yang lain (wai woleng lampa, lime woleng wajong). Sebagai makhluk komunitas (sosial) , setiap orang diharapkan memiliki kontribusi, menjadi orang kaya makna ( bora guna) . Kalau hadir dalam suatu perkumpulan, seyogyanya memmberikan kontribusi, termasuk material, seyogyanya membawa oleh-oleh (barang atau uang) jangan hanya bawa diri semata, tak memiliki apa-apa, hanya membawa diri dalam kemiskinan ( riti gising, bontong kosong).
JPS, 1 September 2020
Bagi orang Manggarai relasi kekeluargaan dan kekerabatan sangat penting karena bakal saling mendukung, melengkapi. Relasi antara laki-laki dan perempuan dewasa misalnya, peran perempuan yang sudah menikah, sangat penting bagi saudaranya yang akan menikah, karena belis perkawinan saudara mengandalkan belis dari saudari. Kondisi ini diungkapkan dalam seloka (go'et): wai weta papi, laki nara laing (menikahkan saudari untuk menikahkan saudara. |Maksudnya, mahar perkawinan dari saudari -kuda, kerbau , uang - akan diapakai untuk membayar mahar perkawinan saudara).
VMG - JPS, 4 September 2020
Orang Manggarai kerap melakukan upacara kurban dalam rangka memohon berkat atas kehidupan dan menolak bala yang mematikan. Dalam rangka upacara silih ini, ada hewan kurban dengan nama dan warna tertentu. Jenisnya bisa berupa, kerbau, kuda, kambing, anjing, ayam. Warna berupa hitam , misalnya kuda hitam (jarang bolong) untuk membersihkan kampung. Selain warna hitam bisa juga warna putih , misalnya kerbau putih (kaba bakok / pera), ayam berbulu putih (manuk bakok). Juga warna campuran, misalnya putih dengan hitam , misalnya kerbau hitam campur putih (kaba balo), juga warna kecoklatan, misalnya babi coklat (ela butung), kamping berwarna coklat (mbe butung), juga waerna campuran, misalnya putih dengan merah, misalnya kambing berwarna putih dan coklat (mbe kondo), Juga yang berwarna hitam, misalnya, anjing hitam (asu miteng). Pada ayam msalnya, ayam putih (manuk bakok), ayah merah (manuk sepang), manuk hitam kehijau-hijauan (manuk rasi), ayam keabu-abusn (manuk lale), ayam warna/ warni / tiga warna (manuk telu wulu/ warna: taak, bakok, ndereng). Untuk orang Manggarai warna binatang persembahan memiliki derajat makna (warna manga rangn).
VMG - JPS, 10 September 2020.
Orang Manggarai selalu mengharapkan kelimpahan dan keberkahan dalam hidupnya, sebagaimana terungkap dalam seloka: Ako neka lako (panenan jangan jalan/berpindah), lalap neka lampa (babakan panen jangan melangkah, renco / sehok neka hesot (angkutan / ayakan jangan bergeser) , tawi neka asi (siangan jangan berhenti), hoer neka holes (perawatan jangan berpaling), pika neka mila (perdagangan jangan menjauh).
VMG - JPS, 22 Oktober 2020.
Zaman dulu, ketika melewati sungai, ada aturannya, yakni orang Manggarai harus bertanya, apakah ada orang yang sedang mandi atau tidak. Kalau ada orang yang sedng mandi, harus stop dulu, janngan lewat, berikan kesempatan kepada orang itu untuk merapihan diri. Kalau sudah beres baru boleh lewat. Aturan lisan ini dikenang dengan sebutan koing sebong (tanya ada orang yng sedang mandi atau tidak). Biasanya percakapannya seperti beriti: Penanya: " U...sebong," Penjawab: "Sebong (kalau orang mandi), Toe (kalau orang tidak mandi)". Kalau jawabannya sebong, orang harus berhenti. Kalau jawabannya toe (tidak), orang boleh lewat. Kebiasaan ini orang kenangkan dalam lagu O Sebong (Mandikah). Melalui lalu ini, orang Manggarai diingatkan untuk memegang sopan santun kehidupan, yakni menghargai orang lain dan tubuh, karena tubuh itu suci, maka perlu dilindungi dan dijaga, jangan pamer sembarangan.
JPS, 27 November 2020.
Zaman dulu manusia Manggarai begitu akrab dengan alam, termasuk dengan burung-burung dan binatang-binatang umumnya. Manusia kadang belajar dari binatang-binatang itu dalam memahami pperistiwa kehidupan. Kadang alam memberikan tanda -tanda tertentu melalui kehadiran binatang-binatang. Kehadiran binatang tertentu memimiliki makna khusus. Misalnya kehadiran burung gagak (ka) di kampung itu menunjukkan bahwa tidak lama lagi akan ada peristiwa duka (kematian). Selain bunyi dan kehadiran barang Gagak (Ka), juga suara burung Hantu (Po) , bila Burung Hantu (Po) bersuara - Po.....po......po...po..........." pada pagi hari itu juga indikasi bahwa dalam akan ada peristiwa kematian dalam waktu dekat di kampung itu. Selain itu, tanda kamatian diindikaksikan dengan bertemu atau lihat binatang sejenis serangga yang dalam Bahasa Mnggarai disebut Robong. Billa Robong masuk rumah atau ketemu ketika di jalan atau di kebun, itu juga indikator bahwa kabar duka akan datang kepada kita. Selain kabar duka, kondisi alam juga bisa dibaca dengan kehadiran binatang tententu. Misalnya kalau pada siang beterbangan dalam jumlah banyak maka itu tanda bahwa sebentar lagi hujan turun.
JPS 28 April 2021.
Orang Manggarai menyakini bahwa hidup ini suatu investasi yang akan dituai saat ini dan nanti. Bila menghatapkan hasil tuaian yang baik, maka tanamlah perkataan yang baik dan laukakan perbuatan yang mulia. Apa yang kita dapat merupakan pencerminan apa yang kita katakan dan lakukan. Apa yang kita dapatkan sepadan dengan apa yang kita katakan dan kita buat. Berkata dan melakukan sesuatu yang baik maka akan menuai kata dan perbuatan yang baik juga. Keselarasan antara proses dan hasil atau hasil yang tidak mengkianati proses ini dalam Bahasa Manggarai dinayatakan dalam ungkapan berikut weri latung, gok latung, weri woja, ako woja ( tanam jagung petik jagung, tanam padi petik padi).
JPS 29 April 2021
Coba perhatikan gula aren Manggarai yang disebut Gola Malang. Rasanya manis. Khasisatnya banyak, seperti mengandung antioksidan yang berfungsi untuk menjaga kekebalan tubuh. Selain itu Gola Malang cepat meningkatkan energi ketika orang kelelahan. Selain itu, dari segi kesehatan Gola Malang baik untuk perawatan diabets karena proses pembuatannya yang alami tanpa menggunakan bahan pengawet. Lebih dari itu, gula aren bisa menghangatkan tubuh, meredakan demam dan flu, mencegah obesitas, melancarkan pencernaan , mencegah penuaan diri, mengatasi kram menstruasi karena kandungan kalium dn zat besi yang dimilikinya. Dari paparan ini kita simpulkan bahwa Gola Malang ternyata memiliki khasiat yang luar biasa. Hanya sayangnya cara orang Manggarai mengemasnya masih tradisional. Gola Malang kebanyakan berukuran seperti balok berdasarkan mal (galang) pembentukkannya. Bungkusannya pun menggunakan daun enau sendiri. Hingga kini pembungkusannya masih menggunakan pola tradisional. Pembungkusan sesuatu yang bernilai dalam wadah tradisional boleh jadi menyiratkan pesan bahwa orang Manggarai lebih menekankan bingkisan (isi) daripada bungkusan (cover). Demi nilai lebih, tentu butuh kualitas yang lebih baik dalam banyak aspek, baik bingkisan maupun bungkusannya.
JPS 4 Mei 2021.
Orang Manggarai menghayati waktu duka cukup lama. Jarang jenasah orang yang meninggal cepat dikuburkan cepat dalam 12 jam. Kecuali kalau keguguran atau bayi kecil, bisa dikuburkan cepat. Tapi bila orang dewasa apalagi kalau pemimpin atau orang berpengaruh atau yang memimiliki harta cukup banyak maka waktu dukanya lebih lama. Ada saat untuk membaringkan dan meratapkan jenasah . Mengapa ditahan lama? Karena menunggu keluarga yang tinggal di tempat jauh. Bila anggota keluarga di tempat jauh datang untuk melayat dan dipesan agar menunggu dirinya baru dikuburkan maka penguburan jenasah menunggu kedatangannya. Lalu setelah dikuburkan , pada hari ketiga atau kelima diadakan upacara pelepasan roh orang yang meninggal dari tengah keluarga / keluarga dan selesai masa kabung. Keluarga dan warga kampung bisa melakukan kegiatan seperti biasa. Acara pada hari ketiga atau kelima disebut Saung taa . Secara harafiat saung taa berarti daun segar. Maksunya adalah orang yang meninggal diayaki mengalami kehidupan baru seperti daun segar/ daun yang bersemi untuk memulai babak baru kehidupan. Lalu puncak acara kematian adalah kenduri yang dalam Bahasa Manggarai disebut: kelas. Kelas dilaksanakan setelah beberapa waktu, misalnya bulan atau tahun orang itu meninggal dunia.
JPS 18 Mei 2021.
Orang Manggarai memberi yang terbaik untuk orang lain, sedangkan yang kurang baik diberikan kepada diri sendiri. Dalam soal makanan misalnya, makanan terbaik (daging, nasi, kopi, gula aren, buaha-buahan, dll) diberikan kepada tamu , sedangkan untuk keluarga / diri sendiri menggunakan yang kurang baik dari apa yang dimiliki. Ini berbeda dengan orang lain. Sebagai perbandingan i Spanyol, Eropa, barang yang terbaik untuk diri / bangsa sendiri, sedangkan yang kurang baik intuk dijual kepada orang lain.
JPS 12 - 18 Mei 2021.
Orang Manggarai memandang orang tua sebagai orang yang penting dalam hidupnya. Bapa dugambar kan sebagai pemberi nafkah sebagaimana dalam seloka adat "ame watu nare " (ayah sebagai batu tungku untuk memasak), dan ibu sebagai penguat dan pembari easa awet sebagaimana terungkap dalam seloka adat ine watu cie (ibu sebagai batu garam) .
JPS 3 Juni 2021
Orang Manggarai melihat tuak sebagai penyampai pesan sebagaimana terungkap dalam seloka adat: " one tuak de laku tura, one bokol de laku tombon (pada tuak saya sampaikan, dalam botol (tuak) saya katakan/ smapaikan).
JPS 3 Juni 2021
ǝ
Orang Manggarai kasang memplesetkan nama yang benar demi suatu sapaan kesyaangan. Misalnya Petrus dipanggil Pice. Gabriel dipanggil Gaba, Frans dipanggil Wang, Nobert dipanggil Kombe, Yohanes dipanggil John, Robert dipanggil Obe, Sirilus dipanggil Lilu, Marsel dipanggil Mancek, Paulus dipanggil Polus, Yakobus dipanggil Kobus, Flory dipanggil Woik, Safer dipanggil Aweng, Bneyamin dipanggil Bento. Mersy dipanggil Mecik, Maria dipanggil Mery, Yustina dipanggil Tina. Salesius dipanggil Njale, Simon dipanggil Mimo, Lamber dipanggil Mbambe, Clara dipanggil Lala, Freddy dipanggil Pendik, Rinus dipanggil Pindu. Thomas dipanggil Momas, Rosa dipanggil Oca.
VMG 20 Juli 2021, JPS 22 Juli 2021
ǝ
Nama bagi orang Manggarai memiliki makna termasuk mengungkapkan status sebagai orang tua. Dalam Budaya Manggarai dengan menempatkan huruf M di depan nama anak sulung, itu berarti orang yang dipanggil atau disapa berstatus sebagai orang tua dari anak yang mereka miiki. Biasanya anama ayah atau nama Ibu mengunakan nama anak sulung, misalnya Mjelita artinya Bapak atau Ibunya Jelita, Mbeni berarti Bapak atau Ibunya Beni, MNganu= Bapak atau Ibunya Nganu.
VMG Juli 2021, JPS, 22 Juli 2021
ǝ
Orang Manggarai diajarkan untuk bersikap sopan terhadap sesama, termasuk kepada teman sebaya atau seusia, sebgaimana terungkap dalam seloka adat berikut: Cepa (sepa) hae reba cama (sama) emas lemam, curup (surup) hae ubu cama (sama) luju muum. (Mmemberi sirih kepada kawan, lidah (ucapanmu) bagaikan emas, bertutur kepada kawan sebaya, mulutmu bagaikan hiasan kepala (leher) yang indah .
VMG Juli 2021, JPS, 22 Juli 2021
ǝ
Orang Manggarai tradisional menyakini bahwa hidup dan mati manusia ada di tangan Tuhan. Berkaitan dengan saat kematian orang Manggarai menyakini bahwa saat meninggal sebaiknya siang hari, saat matahari masih ada. Mengapa? Karena itu meninggal saat itu (siang) diyakini meninggalkan (mrwariskan) terang bagi keturunan. Diharapkan orang meninggal jangan pada malam hari karena malam hari penuh kegelapan. Maka orang Manggarai mengharapkan agar jangan meninggal saat malam. "Ema / Ende/ , neka koe lako le wieh, gereng gerak tana" (Bapa/ mama, mohon jangan malam, tunggu fajar bersinar).
JPS 28 Juli 2021.
ǝ
Orang Manggarai itu cara pikirnya cukup komprehensif (holistik) akan kosmos kehidupannya yang meliputi mezbah persembahan (compang takung), rumah hunian (mbaru kaeng), halaman bermain /bersosialisasi (natas labar), boa te boak (kubur untuk penguburan), mata air untuk timbaan (wae bate teku) atau rana te wasa (danau untuk membasahi) atau sano te mbalo (danau untuk menghambarkan / menangkal), puar te wuat (hutan sebagai pengutus) . Dibandingkan kaum kapitalis, cara pikir traditional Manggarai lebih komprehensif daripada kaum kapitalis yang hanya berpikir dari sisi ekonomi /materi / uang saja. (Labuan Bajo, 5 September 2021).
Orang Manggarai memandang Tuhan Allah akan tindakan keadilan bagi semua orang. Baik atau buruk tindakan seseorang akan dinilai oleh Tuhan. Karena itu tetaplah melakukan kebaikan karena Tuhan tak akan lupa untuk membasnya. Sebaliknya tindakan buruk perlu dihindari karena Allah akan menggarinya nanti. Terhadap suatu kekecewaaan lantaran perbuatan seseorang, misalnya dalam soal perjodohan, pihak yang merasa dirugikan paling berserah diri dan mengharpkan keadilan dari Tuhan. " Manga le Morin tai ga (Nanti ada Tuhan yang akan membalas). (JPS (27 Oktober 2021). (Inspirasi Lagu Manggarai: "Coo Tara Nggo Pand o ---- https://www.youtube.com/watch?v=jwaAf_bezGY)
ǝ
Orang Manggarai meyakini bahwa kehidupan bersumber dari Allah. Karena itu tugas kita hanya berusaha melakukan yang dan berusaha yang terbaik, jangan melakukan tindakan yang merugikan, termasuk orang yang lemah, termasuk kepada anak yatim piatu. Terhadap anak yatim piatu, janganlah diterlantarkan, karena siapa tahu Allah punya rencana lain untuknya. Tugas kita membantu agar dia atau mereka tumbuh dan berkembang secara wajar, karena dalam diri mereka Allah mereka potensi untuk bertumbuh dan berbuah, sebagimana diungkapkan dalam sepenggair sair lagu (dere) Manggarai: " Weri latung , gok latung, weri woja ako woja, one limed Mori mosed e (tanam jagung, panen jagung, tanam padi, panen padi, Hidup kita ada dalam Tuhan). (JPS (27 Oktober r 2021). (Inspirasi Lagu Manggarai: "Anak Diong" ---- https://www.youtube.com/watch?v=jwaAf_bezGY)
___
ǝ
Orang Manggarai percaya bahwa suara ayam Bekisar (Rata) dan tuturan orang yang sedang ada kutil, bisa menyembuhkkan kutilnya. Menurut orang Manggarai, kutil ( wute) karena kecipratan darah ayam di tubuh. Maka untuk mengobatinya, harus menggunakan terapi tuturan ayam bekisar dan penderita sendiri. Terapinya demikian, ketika bekisar jantan berkokok / berbunyi : Tehehee ...... penderita kutin menyambulnya dengan frasa" "O lilem o rata" (ini kutilmu ayam Bekisar). Saambil mencubit buang kutil dari tubuh (tangan, kaki atau bagian tubuh lainnya)
JPS, 9 November 2021
___
Orang Manggarai menyadari bahwa hidup ini mengandung resiko, di manapun kita berada. Tak ada hidup tanpa resiko. Orang Manggarai melukiskan hal ini dalam seloka (gp'et): Le le tekal, le le mbetar, lau -lau lempo, lau - lau lembot. ( Melangkah ke sana (selatan) keciprat, melompat ke sana (utara) basah kuyup. Ke manapun melangkah dan bergerak selalu kena basah.
JPS, 10 November 2021
ǝ
Orang Manggarai memandang bahwa hidup bersekutu sebagai pasangan hidup sebagai suami istri penting untuk saling menyempurnakan. Istri dipandang sebagai pendamping di sisi tubuh sebagai sebagai pendamping (manga naca cimping racap te hae raes moseg e) dan suami dipandang sebagai sauudara/ orang di sisi tubuh sebagai pelindung / (nara one racap tau tadu lau kepe le) .
Sumber inspirasi Dere (Lagu) Dengkur Du Cemol (https://www.youtube.com/watch?v=SYgiZLpPoXs)
ǝ
Dalam hal konsumsi, orang Manggarai tampak boros. Coba periksa, ada berapa banyak butir nasi atau jagung atau potongan makanan lain yang dibuang percuma ke tempat sampah atau selokan pembuangan. Dalam soal makan, orang Manggarai kadang tidak tahu diri akan kemampuan dirinya untuk menghabiskan apa yang tersaji. Saat ambil banyak, tapi ternyata tak mampu habiskan, malah sisa. Menyisakan makanan seolah menjadi kebiasan yang lumrah. Bila dikomplain, jawabannya enteng, tak apa-apa, bisa diberikan kepada babi, ayam. Padahal bila makanan dikonsumsi secara tepat, sisa anggaran konsumsi bisa dipakai untuk urusan yang lain misalnya untuk biaya pendidikan, investasi,dan lain-lain. Sikap borons orang Manggaarai ditunjukkan padaa musim panen pagi / jagung tiba. Pada saat panen, nasi dimasaka sebanyak-banyaknya sampai bongkahan (kongko) sisa nasi menganggur di dapur. Saking banyaknya, orang berselooroh, bongkahan itu bisa dipakai untuk melempari anjing (peke le kongko asu). Ketika panen berkelimpahan, setelah panen hidup susah.
(VMG 28 Nov. 2021, JPS 29 Nov. 2021).
___________
Orang Manggarai berhamburan makanan di saat panen atau pesta, berkekuranggan di musim tanam / paceklik, berhamburan saat ada (panen) , meminjam saat berkekurangan (hela - hala du manga, selong du geong, kembe lambong du ako, kasi asi du kawi).
(VMG JPS 8 Des. 2021
ǝ
Orang Manggarai merupakan makhluk simbolis? Mengapa? Karena sering menggunakan simbol-simbol dalam kkehidupan, termasuk dalam perkawinan. Dalam perkawinan adat misalnya, ketika melamar, pria membawa sirih dan pinang kepada keluarga pengantin putri. Pinang melambangkan pria (alat kelamin) dan sirih melambangkan wanita (alat kelamin wanita). Jadi sirih dan pinang melambangkan perkawinan laki-laki dan perempuan. Orang Manggarai percaya bahwa pinang (simbol laki-laki) berperan meluluhkan hati wanita (kala), demikian sebaliknya kala (simbol perempuan) bisa melelehkan hati pengantin pria. Pria dan wanita yang bisa laling meluluhkan dan melelehkan ini dengan sangat bagus diungkan dalam seloka (go'et) Manggarai), kala wa nai nawa, raci wa nai laing.
(Inspirasi dari frase lagu Lagu Ala Dindut - Nai Go ) - Lihat https://www.youtube.com/watch?v=xiLofH5GgT0----- JPS, 16 De. 2021
ǝ
Orang Manggarai tinggal dalam komunitas di kampung-kampung. Di kampung ada pemimpin , yakni tua \golo, tua' teno, tua' panga, tua kilo. Para pemimpin hadir untuk mengatasi masalah warga kampung. Warga yang memiliki persoalan bisa membawanya kepada para pemimpin kampung: Eme manga raja com caca le tua' panga, eme manga comong, com toto le Tua' Golo|.
ǝ
JPS, 17 Desember 2021.
Orang Manggarai harus guyup. bersatu, saling membantu. Awo manga jaong, awon taung lawa, sale manga tae, sale taung lawa .
JPS, 17 Desember 2021.
ǝ
Orang Manggarai harus tuntas dalam menyelesaikan pekerjaan. Kalau tidak akan ada resiko yang memberikan ketidaknyamanan yang dalam Bahasa Manggrai disebut rantang muntung rowe (supaya selimut tidak kebakaran).
Ide ini muncul di atas motor saat melintas Blok G, VMG I , Setia Asih, Tarumajaya, sekitar pkl 22. 30 pm. Lalu ditulis di catatan di rumah sekitar pkl 23.00 Selasa, 28 Desember 2021 , diketik di blog di JPS pada 29 Des, 2021.
ǝ
Orang Manggarai harus punya hasrat dan keinginan untuk maju sebagaimana ajaran leluhur dalam seloka (go'et) : Harat nanang sai le tanda, rani naim sai le ranti ( tajam hasrat sampai di garis akhir, bertaring nyali samapi di perbatasan).
JPS, 29 Des. 2021
ǝ
Orang Manggarai punya nilai / martabat, trutama mereka yang punya kekuasaan, baik kekuasaan adat, maupun politik, pun kekuasaan akademism karena memiliki pengikut atau sesuatu. Tentang hal ini seloka (go'et) Manggarai mengatakan demikian, "Pitu tondol watu lontom, lima lapis watu asim" (tujuh tingkat batu dudukan, lima lapis batu perhentian).
JPS, 29 Des. 2021
ǝ
Seorang bocah perempuan bermain di jalan sambil memmegang HP. Dia mau nonton video di youtube. Anggota keluarga mau memanggilnya untuk datang mendekat. Dia malah lari menjauh. Dia akhirnya tersandung oleh polisi tidur dalam pelariannya itu. HP nya jatuh, kaki dan tangannya lecet. Da menangis. Orang tuanya mmengangkatnya. Menggendong. Dia menangis terus. Tangan dan kakinya diberihkan di kamar mandi. Dia masih menangis, Lalu bagaimana cara mamanya menghentikan tangisannya? "Oh...jalan rayanya yang salah. Mari kita memukulnya. Lalu dia tunjuk di mana dia jatuh. Dia mengambi sandal lalu memukul sandal itu. Ketika dia sudah memukul jalan aspal itu, dia lega, puas, karena dendamnya sudah terlaksana, Kemudian dia tertawa. Lalu berhentilah ia dari tangisannya. Inilah contoh penyekesaian masalah yang mengkambinghitamnkan pihak dalam dalam menghadapi masalah. Orang Manggarai perpendapat bahwa suatu rasa sakit harus dibalas setimpal dengan rasa sakit. Ini cara menghentikan tangisan pada bocahm terbukti efektif dari generasi ke generasi. Petanyaan kritis patut diajukan, apakah cara ini benar? Mengapa tak jujur mengatakan bahwa kitalah yang keliru, tidaka hati-hati sehingga kita terjatuh. Kita yang bersaah kenapa harus mempersalahkan aspal? Orang Manggarai berpikir suatu tindakan harus sepadan, rasa sakit harus dibalas sakit hati.
Pengalaman saat berkumpul Tahun Baru 2 Januari 2022 di Cikarang Baru, Bekasi, Jawa Barat. Ditulis di JPS, 3 Januari 2022.
*****
ǝ
Saya sempat libur di kampung halamanku di Wela, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai. Saya sempat melintasi pekuburan Wela. Wow.... banyak pekuburan yang disemeni bahkan dilapisi keramik. Wow.... . Apakah rumah keluarga sudah begitu juga? Belum tentu. Banyak orang Wela yang masih berumah kayu bahkan berteraskan tanah. Tapi, kubur keluarga yang meninggal dibuat lebih baik, desemeni bahkan dilapisi keramik. Tampaknya orang Manggarai lebih menghargai orang yang sudah mati daripada orang yang masih hidup. Contoh lain, pada acara pergantian tahun biasa diberi persembahan untuk anggota keluarga yang sudah meninggal, berupa ayam. Ritus ini disebut "Teing hang" (memberi makan).
Refleksi di JPS, 5 Januari 2022.
ǝ
Orang Manggarai menyadari bahwa hidup ini butuh kehadiran orang lain. Ada bersama berguna untuk saling melengkapi karena setiap pribadi ada kekurangan. Kekuarangan itu bisa diisi oleh orang lain. Manusia perlu berkolaborasi untuk mengatasi masalah kehidupan. Soal ketergantuan dan saling membutuhkan ini, orang Manggarai melukiskan seperti peran tangan kiri dan tangan kanan yang saling melengkapi. Wilayah sebelah kiri yang tak bisa dijangkau tangan tangan kiri, bisa digaruk oleh tangan kanan. Demikian juga wilayah sebelah kanan yang tidak bisa dijangkau (digarut) oeh tangan kanan bisa dibantu oleh tangan kiri. Mose sama neho lime leo - lime wanang (Hidup ibarat tangan kiri dengan tangan kanan)
VMG Jan. 2022, JPS 11 Jan. 2022.
ǝ
Orang Manggarai menyadari bahwa hidup manusia itu rapuh, ringkih, mudah jatuh, gampang tumpah tercurah, ibarat air atau darah dalam tabung bambu yang mudah mengalir. Perihal keringkihan ini, orang Manggarai negungkapkannya dalam seloka (go'et) : dara one galang, wae one wolo (darah dalam wadah belahan tabung bambu dan air dalam tabung bambu). Karena hidup itu rentan, tidak ada yang perlu disombongkan dan diangkuhkan. Mari hidup dalam kewajaran.
JPS, 18 Januari 2022, dicatat di blog, 19 Januari 2022.
ǝ
Orang Manggarai seyogyanya memiliki mentang yang tanggung dalam mengaruungi kehidupan, apapun tantangannya. Mental andal ini harus dimiliki dalam segala situasi dan medan. Mental tangguh ini harus seperti kayu kuat yang tidak lekang karena panas, tidak lapuk karena dingin, ibarat kayu kuat yang tumbuh di bumi Manggarai, "worok eta golo toe gelang bowok, pateng wa wae toe gelang laes (Kayu Worok di gunung yang tidak cepapt lapuk, Kayu Pateng di air yang tidak mudah hancur).
JPS, 16 n 18 Feb. 2022).
ǝ
Orang Manggarai , terutama orang tua menganut prinsip mbolia di mana orang tua, terutama ibu berkorban habis-habisan demi kebagiaan dan kesuksesan anak. Sang Ibu rela berkorban demi menghidupkan buah hatinya. Itulah makna yang tekandung dalam permainan dan nyanyian menimang anak ayam kecil yang sakit saat usia kanak-kanak. Pemilik ayam berharap ayam kecil yang lagi loyo lunglai segera segar sehat agar bisa bermain dan mencari makan dengan riang gembiran dengan kawanan anak ayam lain dan induknya. Dalam situasi ini pemilik ayam memanjakan mantra dalam nada: Mbolia mose anak mata ine (mbolia hidup anak mati mama) .
VMG dan JPS 15 Maret 2022.
ǝ
Orang Manggarai, terutama kaum muda mudi di kampung -kampung sering terjerat dan terjebak dalam cinta kilat yang tidak sirna untuk hidup sejiwa hingga meninggal dalam berumah tangga. Bagaimana tidak, mereka tidak butuh waktu pacaran yang lama untuk memutuskan hidup bersama selamanya. Mereka bisa ketemu di tempat pesta, berkenalan sebentar, berdansa bersama pada malam acara lalu besok paginya diboyong (wendo) ke rumah laki-laki untuk memulai hidup bersama sebagai sepasang suami istri. Proses perkenalan iitu begitu singkat dan pengampilan untuk keputusan untuk hiidup bersama sebagai suami istri juga berlangsung dalam waktu yang singkat. Ini cnta kilat. Meski proses pacaran singkat, umumnya mereka sangat komitmen dengan keputusan cinta yang mereka ambil. Mereka berusaha mempertahankan rumah tangga mereka sampai mati.
VMG - JPS, 15 Juni 2022.
ǝ
Orang Manggararai dalam uurusn kematian binatang korban persembahan kepada wujud tertinggi disesuaikan dengan jenis kelamin orang yang meninggal. Binatang persembahan itu misalnya ayam, babi, kerbau, kuda. Bila yang meninggal perempuan maka korban persemabahn saat kematian harus binatang (ayam, babi, kerbau, kuda) betina. Sebaliknya bila laki-laki maka binatang persembahan yang dipakai adalah hewan berjenis kelamin jantan. Bintang ini dipakai saat tudak haeng nai, ancem peti (?), tekang tana boa(?), saung taa / seki telu (pat) / lima) dan kenduri (kelas) .
NB: Baru tahu saat di atanah rantau. Ketika Tanta Lusia Daem meninggal dunia tahun........ di Ntalung - Coal, Kec. Kuwus, , Kaka Beny mengabarkan kepada saya bahwa selaku anak rona kita menacari babi betina (ela mbara / ela mokang) sebagai hewan yang dibawa saat itu.
Ketika anak Iming dan Yanto meninggal dunia pada Selasa 14 Juni 2022, saat berumur delapan bulan di Sentul, Bogol, Jawa Barat dan diadakan acara kelas pada Minggu, 19 Juni 2022, saya membawakan tudak sambil memegang ayam betina.
Lalu ketika ngobrol dalam rangka persiapan kenduri ( kelas) Ende Gina, disampaikan bahwa babi yang dipakai untuk tudak adalahh babi betina (mbara) sesuai jenis kelamin orang yang meninggal, yakni perempuan.
JPS, 27 Juni 2022.
ǝ
Orang Manggarai percaya bahwa Kokokan Ayam Jantan pada saat menerima tamu merupakan tanda baik bagi tuan rumah / keluarga yang mengadakan suatu event. Berikut kokokan ayam di Bukit Porong, Desa Wisata Coal, Kecmatan Kuwus pada 16 Agustus 2022.
Video di atas diposting oleh Rony Simarno, penggagas dan pegiat Desa Wisata Bukit Porong.
Sumber : WAG
Orang Manggarai harus kuat, kokoh, andal dalam kehidupan sebagaimana dirumuskan dalam seloka (go'et): kimpur neho kiwung, neho kimung tuak, sirang (cirang) neho rimang neho rimang rana. (teballah bagai pangkal dahan pohon enau, seperti kiwung (lapisan) pangkal dahan enau, kuat seperti rimang, bagai ijuk petama pohon enau).
VMG - Kampung Bogor di atas motr, JPS, 7 September 2022.
Orang Manggrai harus pertama -tama memandang ke langit (angkasa), kepada Roh alam semesta, lalu kemudian merunku ke bumi (tanah). Jadi manusia harus beoreintasi kepada Yang Ilahi sambil berpijak pada realitas di bumi. Orang Manggarai harus belajar dari bambu yang awalnya menengadah ke angkasa kemudia menatap tanah.
JPS, 12 September 2022.
Orang Manggarai itu menghendaki dan mengharapkan pengembangbiakan generasi. Harapan ini terungkap dalam seloka adat (go'et) berikut: beka agu buar , anak lanar - wing do, ras baling rasap, res baling lele. tai' sala wai', borek sala bosel ( berkembang dan bertambah), anak banyak - keturunan berlimpah, merengek di di kedua sisi tubuh, bermanja dalam gelayutan gendongan). Konsep pengembangbiakan keturunan orang Manggarai ini bertentangan dengan konsep selibat dalam Gereja Katolik.
JPS, 15 September 2022.
ǝ
Orang Manggarai menghendaki hidup yang berkualitas, termasuk secara ekonomi. Maka dalam memilih pasangan perempuan (muda) dan keluarganya harus selektif dalam menentukan pasangan. Calon suami dari perempauan (muda) diharapkan laki-laki yang berasal dari keluarga yang berada, termasuk memiliki sawah. Karena sawah dan isinya memberikan kesenagan dan kebahagiaan. Tentang harapan hal ini, orang Manggarai dengan bagus melukiskan dalam salah satu nyanyian rakyat, rakyat Landu : :NGGALE ATA MANGA SAWAN. "Ame o...nggale, nggale ata manga sawan e. ...pota mawo (woja) sawa, seang daku nawa, ....saruk tempat nasi, senang daku nai" (PILIH ORANG YANG MEMILIKI SAWAH: "Bapa, pilihlah orang yang ada sawahnya.... ketika melihat padi di sawah, senanglah hatiku; ketika menggeser tempat nasi giranglah hatiku." (Inspirasi Landu NGGALE ATA MANGA SAWAN. (https://www.youtube.com/watch?v=k_aSsKk_OWc).
JPS, 13 Oktober 2022.
ǝ
Orang Manggarai percaya bahwa kualitas hidup seseorang, terutama kesehatan tergantung dari jenis golongan darah yang mereka miliki. Orang Manggarai meyakini bahwa ada 2 jenis golongan darah yakni darah pahit (pa'it dara/dara pa'it) dan darah manis (mince dara). Orang yang darah pahit (pa'it dara/dara pa'it) biasanya kesehatannya tangguh, berusia panjang. Sebaliknya orang yang darah manis (mince dara) kesehatannya rawan dan cenderung berusia pendek. Jenis darah menentukan nasib (dara weki) seseorang. Pertanyaannya adalah bagaimana cara mengetahui kedua jenis darah manusia itu? Lihat saja dari kondisi kesehatannya. Bila seseorang jarang sakit maka ia termasuk dalam kelompok orang yang berdarah pahit (pa'it dara), sebaliknya bila seseorang sering sakit, ia termasuk orang yang berdarah manis (mince dara).
VMG 1 - JPS, 19 Oktober 2022.
ǝ
Orang Manggarai percaya bahwa aksi itu penting demi kemajuan hidup. Aksi harus diawali dengan langkah kaki. Suapaya langkah kaki apik meraih apa yang didambakan maka sebelum melangkah, kaki perlu diberi pembekalan. Proses pembekalan ini dalam Bahasa Manggarai disebut wuat wai'. Saat wuat wai' keluarga dan sanak saudara serta kerabat berkumpul . Saat itu disampaikan doa dan wejangan. Doa kepada Tuhan dan restu leluhur dan keluarga dimintakan saat itu agar proses aksi yang diimpikan itu bisa berjalan lancar dan sukses. Saat itu persembahan kepada leluhur dan Tuhan disampaikan melalui binatang, terutama ayam yang dipagang dan didoakan sebelum dipersembahkan kepada leluhur dan Tuhan. Mengapa pembekalan saat Wat Wa'i perlu dilakukan? Agar orang yang diutus untuk melakukan aksi itu memiliki kesadaran untuk mengembankan misi yang ditugaskan kepadanya. Misi itu misalnya, pergi merantau mencari ilmu pengetahuan di tempat lain. Semua doa dan harapan keluarga disampaikan saat itu.
Jalan Raya Ruko Simphony - JPS, 9 November 2022.
ǝ
Orang Manggarai memulai suatu kegiatan dengan terlambat dan mengakhirinya juga dengan terlambat. Apa buktinya? Lihat saja kegiatan adat, terutama urusan perkawinan, biasanya dilakukan malam hari bahkan hingga pagi. Hal ini tebtu menganggu irama tidur. Akibatnya orang Manggarai melakukan aktivitas hari berikutnya secara terlambat juga. (Refleksi di Karawang, Perumahan Kondang Asri, Karwang Timur, saat masuk minta Any - One, Sabtu, 19 November 2022). (JPS, 22 Nov. 2022)
ǝ
Orang Manggarai memulai suatu pembicraan asli dengan mengangkat tuak dan rokok. Apakah kebiasaan ini baik dari sisi kesehatan? Mungkin bagi kebanyakan orang, minum tuak baik, tapi belum tentu bagi orang lain. Tuak dan rokok disinyalir bisa merugikan kesehatan. Dalam tuak ada alkohol. Tak jarang orang Manggarai mabuk karena tuak dan itu bisa menimbulkan perselisihan bahkan perkelahian karena tuak. Hal ini karena tuak menguasai kehidupannya. Ada juga orang yang minum tuak tapi tidak mabuk. Di sini manusia yang menguasai tuak. Sedangkan ada orang lain, terutama yang mabuk, itu berarti dia dikuasai tuak. Untuk rokok, tentu rokok ada aspek yang merugikan kesehatannya. Apakah ada aspek positif dari rokok? Mungkin sarana untuk bersosilisasi ya. (JPS, 22 Nov. 2022)
ǝ
Orang Manggarai, dalam setiap acara adat setiap intensi tuturan ada nilai (harganya). Ketika memulai suati intensi, diungkapkan dalam tuak (amplop /uang/rokok). Ini terbukti dalam perbagai tuturan adat, terutama berkaitan dengan perkawinan. (JPS, 22 dan 23 Nov. 2022).
ǝ
Orang Manggarai memandang ternak sebagai sarana untuk membantu hidup manusia karena itu mengharapkan pertumbuhan dan perkembangannya lancar dan sehat serta jauh dari bencana dan hama. Harapan ini terungkap dalam ungkapan berikut: " Neka mata kina naang, neka bambo kina sakong, neka jejit manuk pening, neka mata kaba agu jarang peang satar, neka kandit japi peang rami (jangan mati babi peliharaan, jangan kena hama babi peliharaan, jangan mati ayam peliharaan, jangan mati kerbau dan kuda di padang, jangan tergelincir sapi di padang). Orang Manggarai meyakini bahwa ayam merupakan sarana yang bisa cepat mendatangkan uang. "Neka ngonde pening manuk, air manuk genang pande manga seng," tutur Kraeng Largus Gagut di Karawang/ VMG Harapan Indah pada 17-18, 19-20 Nov. 2022, saat ngobrol dengnan saya. Dia secsara tidak langsung mengajari atau mengatakan gal itu kepada anaknya, Pendik yang hadir menemani ke Jakarta saat menghadiri Wisuda anaknya, pada No. 2022. (JPS, 23 Nov. 2022).
ǝ
Senin, 5 Des. 2022 di VMG I Harapan Indah,. Bekasi, Jawa Barat, Indonesia. Saya melihat di dapur. Ada sisa makanan di rice cooker. Harusnya rice cooker itu bersih, tak usah ada satu butir nasi yang terbuang. Apa apa kenyataannya. Ada segepok butiran nasi yang mengendap di dasar rice kooker. Kami orang Manggarai. Elin, Tely dan saya. Kenapa segepok butir nasi itu dibuang? Ini kesalahan managemen, kekeliruan berpikir. Seyognyanya nasi itu tak usah terbuang begitu saja. Masih bisa dikonsumsi. Kami bukan orang kaya secara ekonomi, tapi orang yang pas-pasan. kenapa yang orang Manggarai tidak bisa hidup hemat. Sudah pas-pasan bahkan miskin, tapi hidupnya boros. Hal yang sama terjadi pada aspek lain, bodoh tapi ngotot (kangkar gangga). Ini paradoks hidup sebagai orang Manggarai, sudah hidup pas-pasan bahkan miskin tapi teteap saja boros. Bagaimana mengubah pola hidup ini? Mesti belajar bagamana hidup hemat. Juga hidup disiplin. Harus dilatih mulai dari keluarga dan lembaga pendidikan (dasar hingga perguruan tinggi). (JPS, 5 Des. 2022).
Nama bagi orang Manggarai itu suci, sakral. Nama disyahkan dengan binatang korban, terutama ayam yang dituturkan mantra sebelum dikorbankan. Karena itu nama menjadi magis. Maka nama yang disyahkan dengan adat itu bersifat suci. Karena itu nama jangan terlalu disebut secara langsung. Ketika orang itu sudah manikah dan memiliki anak, maka akan dipanggil dengan nama bapak (ngasang ame) daripada dengan nama yang disyahkan dengan ayam (ngasang manuk). (JPS, 26 Des. 2022).
ǝ
Dalam suatu video di platform Youtube, sekelompok guru di Manggarai (Manggarai Barat / Manggarai Timur) Flores, NTT berkumpul untuk membahas Kurikulum Merdeka dalam perspektif Manggarai. Mereka mengakangkat lagu-lagu rakyat sebagai tema kajian. Salah satu lagu yang mereka kaji adalah lagu "Nggejang". Dalam salah satu syair lagu itu dikata" " Ole nggejang, ole Nggejang e, maram rusuk tana ru, neka he, neka hemong ga e" (Wahai Nggejang, walaupun tnah sendiri tandus, janglah dilupakan". Orang Manggarai harus mencintai kampung halaman, tnah air, meskipun tanda itu tandus.
JPS, 2 Januari 2023. Terinspirasi dari lagu dalam youtube : (https://www.youtube.com/watch?v=kIamlYDhShc)
JPS, 2 Januari 2023.
*****
ǝ
Dalam suatu percakapan riangan dengan saudara, saya mendengar tuturan tentang proses seseorang melakukan perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain yang dilakukan dengan mental culas, cuek, malas tahu, tidak tahu malu, muka papan, muka tembok, lari dari tanggung jawab, termasuk soal pembayaran biaya perjalanan.. Orang yang sperti ini, disebut dengan benda mati, batu (watu). Bagi orang Manggarai, yang yang demikian disejajarkan dengan benda mati. Dia itu mati meskipun masih bernafas. Percakapan dengan orang yang tidak tahu malu seperti itu kurang lebih demikian, " Agu apa hau maim bo?" rei de ema kamping anak. "Aku agu oto," wale de anakn. "Soo bajarn?" rei de eman. "Watu kaut". " wale de anakn. ("Dengan apa kamu dari sana tadi?" tanya ayah kepada anaknya."Saya dengan mobil" jawab anaknya. "Bagaimana dengan pembayarannya?" lanjut ayahnya," Batu saja". Maksudnya cuek atau malas tahu untuk soal tanggung jawab membayar saja.
Pom Bensin, PERTAMINA Kampung Bogor, Setia Asih Tarumajaya, Bekasi dan JPS, 5 Januari 2022, pkl 07.49 - 08.15 am.
*****
ǝ
Orang Manggarai menyadari bahwa hidup dan mati adalah pemberian atau pengaturan dari Tuhan yang Mahakuasa. Ini menjadi hukum alam dan kodrat bagi setiap orang ."Mose agu mata pati neteng ata ". (Hidu dan mati dibagi kepada setiap orang). Kampung Bogor, Setia Asih Tarumajaya, Bekasi dan JPS, 5 Januari 2022, pkl 07.49 - 08.15 am., pkl 07.49 - 09.23 am.
*****
ǝ
"Hidup ini harus dilalui dengan gembira, tertawa dan bergaya. Tertawalah dab bergayalah selagi hidup karena saat mati belum tentu bisa tertawa . "Tawa kǝsǝp mata, ombeng reme mose" , demikian syair suatu lagu Tawa Kesep Mata (https://www.youtube.com/watch?v=CpFRItiBM4g)
JPS, 5 - 6 Januari 2023. Buka Youtube Dere : Tawa Kesep Mata pada 5 Januari 2023, lalu temukan meniulis refleksi tentang " hiduplah dengan gembira" , pada 6 Januari 2023.
Orang Manggarai memiliki budaya menyanyi, baik nyanyian tradisional maupun modern. Ada banyak nyanyian tradisional yang didendangkan. Salah satunya adalah Sanda Gurung. Melalui Sanda ini orang Manggarai diajarkan tentang karakter kehidupan yang seyaigyanya dianuti yakni merawat lingkungan alam dan menjadi manusia kaya makna, sebagaimana bambu (gurung) yang akarnya kokoh mengikat tanah dan membawa air ke dalam perut bumi. Selain itu bambu dipakai untuk berbagai keperluan, misalnya material untuk membuat rumah (atap, tiang, dinding , tabung air, wadah menyimpan dan mengawetkan daging, wadah memasak (membakar) daging, kayu bakar, membuat aneka kerajinan seperti keranjang, bakul, nyiru, bahan sayur-sayuran, , salah satu perlengkapan caci (koret), dll. Kampung Bogor, Perumahan Aarana, Jln. Bulevard Harapan Indah - Pasar Modern, HI, Bekasi, Minggu, 8 Januari 2023, saat berada di atas motor menuju Gereja St. Albert Harapan Indah Bekasi. Lalu dicatat di JPS, 11 Januari 2023.
Orang Manggarai suka bergaul, ramah kepada orang lain. Bila ada tamuyang datang ke rumah, tamu disapa dan bahkan disuguhi muniman dab atau makanan serta diberikan tumpangan. (JPS, 20 Februari 2023)..
Dalam hubungan denga percintaan, di kalangan orang muda atau orang tua (janda dan duda), orang Manggarai cenderung memprioritas hubungan personal biologis dulu baru kemudia urusan detail tata cara norma pernikahan, baik secara adat maupun secara agama. Psangn yang saling jatuh cinta cenderung tinggal bersama dulu, setelah beberapa waktu baru mengurus adat dan atau upacara pengesahan secara agama. Kecenderungan orang Manggarai untuk kumpul kebo cukup tinggi. (JPS, 20 Februari 2023)..
Orang Manggarai menyakini bahwa kata-kata itu berkuasa . Lihat saja, pada musim tertentu ketika ada binatang Njieng yang tinggal di Kayu Mera, ketika dipanggi denganNyanyian" Wa wa koe njieng lopo, wa wa koe Njieng lopo," binatang itu turun mendekati ke sumber suara sehingga dengan mudah untuk ditangkap guna dijadikan lauk ketika sudah disangan. (Gereja St. Albertus HI, JPS, 27 Feb. 2023).
Orang Manggarai menekankan kesatatuan dalam perbagai lingkup hidup berupa, kampung di dalam, kebun di luar, compang sebagai mezbah persembahan, halaman bermain, mata air yang menghjidupkan dan hutan sebagai represebtasi leluhur. ( JPS, 27 Feb. 2023).
Orang Manggarai menyakini bahwa untuk sukses butuh pengorbanan. Olo lait pait, detak nggera, tela toni dempul wuku itu po ita
dia” yang berarti orang harus merasakan pahit dan asinnya hidup dan bekerja
sampai punggung terbakar karena panas matahari dan kuku melepu karena
mengerjakan tanah barulah seseorang bisa memperoleh kehidupan yang lebih
baik. (https://www.suluhdesa.com/budaya/5489233060/ensiklopedi-manggarai-kata-pengantar) JPS, 22 Juni 2023.
Orang Manggarai menyakini bahwa kebutuhan dasar itu penting, teruatama bahan makanan. Ukuran kebahagiaan terletak pada ketersediaan bahan-bahan itu. Bila bahan - bahan itu tersedia, maka orang bahagia. Bahan-bahan itu harus tersedia dengan cukup. "Dea paka lepak, sela - mesak paka wedang, ute paka lule agu juek, wae paka ndaleng, wua haju paka nggel - nggaur," (Beras harus berlimpah, sorgum harus dijejali, sayur harus bergelimangan, air harus lestari, buah-buahan harus berkelimpahan). (JPS, 8 Agustus 2023).
Orang Manggarai memberikan nama kepada sesuatu berdasarkan bunyi, misalnya nama burung Tekukur, karena bunyi atau suaranya: Tukukur kur, Ka untuk burung Gagak karena suara atau bunyinya Ka...Ka...Ka....., Kokak untuk burung Koak karena suaranya Ko...ak.... ko...ak......, Cik untuk burung Pipit karena bunyinya Cik....Cik....... (JPS, 25 Agustus 2023).
Orang Manggarai menyadari bahwa kadang berpikir lebih mudah daripada mewujudkan apa yang dipikirkan. Saat memikirkannya tampak lebih mudah, namun ternyata saat melaksanakannya ternyata lebih sulit. Situasi ini orang Manggarai tuangkan dalam ungkapan: "Wulang lelo sale, saru bubung mbaru" (Bulan di sebelah barat tampak menyentuh bubungan rumah). Namun, begitu datang mendekat, ternyata sangat jauh. Cara melihat seperti ini disebut lelo saru (lihat sepintas, memandang dari jauh) ( VMG dan JPS, 20 September 2023).
Orang Manggarai memandang masalah sebagai sarana ujian mental bagi seseorang. Masalah itu jangan dihindarikarena berguna untuk menguji apakah kita mempunyai mental yang kuat atau labil (sirang ko hembet). ( VMG I dan JPS, 22 dan 25 Oktober 2023).
Orang Manggarai harusnya hidup teratur. Hal ini tercermin dari filosofi bentuk rumah (mbaru niang / gendang) dan kebun (uma lodok) yang berbentuk lingkaran. Filosofi ini menunjukkan manusia Manggarai hidup berdampingan dan saling tolong menolong dalam hidup. ( VMG I dan JPS, 9 November 2023).
Orang Manggarai sangat mengapresiasi dunia mimpi. Bagi orang Mangarai mimpi merupakan pesan jiwa untuk raga. Mimpi kaya dengan simbol - simbol yang perlu diinterpretasi agar bisa mendapatkan maknanya. Misalnya mimpi tentang pohon, tentang binatang itu menyimbolkan atau melambangkan manusia.Dalam mimpi, tumbuh-tumbuhan (pohon) merupakan simbol (lambang) manusia. Saya teringat kisah mama Regina Jenaut (almarhumah) yang mengisahkan mimpinya ketika berjuang memanjat pohon . Dia menggendong anak sulungnya Yustina Jelita. Dia berusaha menolong Yustina Jelita agar bisa memanjat pohon itu. Yustina bisa digendongnya tapi melalui perjuangan dan kerja keras yang luar biasa. Yustina berusaha memanjat pohon itu (sekesuil). Dia bisa memanjat karena dibantu Mama. Lalu anak-anak yang lain juga bisa. Dari sekian anak, Suster Sophy , anak kelima berada di bagian paling atas pohon. Dia memetik daun-daun pohon itu lalu memberikannya kepada mama atau kepada saudara /i yang lainnya. Kisahnya demikian. Interpretasinya, ternyata pohon ini merupakan pahon kehidupan, jalan kehidupan Ende Gina dan anak-anaknya dan rezeki yang mereka terima.
Mimpi kedua, mimpi saya. Saya melihat bahwa pohon beringin di kebun kami di Nderu , kampung Wela, Manggarai tumbang. Saat itu Bapa Gaspar sedang sakit. Lalu kemudian beliau meninggal pada 16 Juli 2023. Ternyata pohon beringin di kebun itu adalah adalah simbol Bapa Gaspar (almarhum).
Mimpi ketiga . Pada Juli 2021 saya bermimpi. Saya berada di suatu tempat. Saya menebang pohon Nteer. Pohon itu yang sudah mati Pohon itu sudah tidak punya cabang. Pohon itu tersisa bantangnya. tapi masih berdiri. Kayu itu masih kuat meski sudah kering. Tingginya hampit setinggi saya. Bagian atas kayu itu sudah keropos berwarna keabu-abuan. Sedangkan batang pohon Nteer itu kulitnya berwarna loreng. Pohon itu saya potong. Proses pemotongannya sudah mencapai tiga per empat. Saya yang memotong pohon mati itu (sososk dalam Bahasa Manggarai). Namun pohon itu tetap berdiri. Lalu saya meninggalkan pohon itu. Saya pergi jauh ke arah Barat . Seperti saya melihat pohon itu dari jauh Seperti melihat pohon itu dari wilayah Kali Malang di Cikrang. Saya membayangkan bahwa daun pohon yang jatuh itu sampai di (Pasir Bersih / Ppasir Konci) Kalimalang Cikarang . Lalu saya tiba - tiba berada di Cancar. Saya ketemu dengan saudara sepupu saya Hendrik Aron. Interprestasi: Mimpi kayu mati itu ternyata simbol mama Regina Jenaut . Saat itu mama sedang sakit berat. Mama meninggal dunia pada 2 Agustus 2021. Kayu itu menrupakan simbol mama Regina. Bagian yang lapuk kayu itu menyimbolkan mama yang menderita kerusakan otak. Mama Regina yang menderita stroke. Kemudian, beberapa bulan setelah itu mertuanya Hendrikus Aron di Cancar, yakni Bapak Hendrikus Agas (Guru Rikus) meninggal dunia beberapa bulan setelah Mama Regina meninggal dunia.
Mimpi keempat. Saya berada di kebun di Wela yakni Mbarang. Ada pohon Ara di situ. Pohon ara titu telah tumbang mungkin karena angin dan masih ada sisa setir 5 - 10 meter dari tnah. Ada serat -serat kayu ara yang berwarna putih dan sedang meranggas seperti jarum. Saya sepertinya memegang parang untuk memotong pohon itu. Parang itu milik kakak laki-laki sulung, yakni Beny Jelami. Kayu Ara itu berdri di perbatasan dan rupanya itu milik Stefanus Gau. Stefanus Gau meninggal dunia pada 15 Maraet 2023.
Mimpi kelima, mimpinya Apolo dari Lidang, Kec. Wae Rii.
Pada 2021 (?) Apolo bermimpi. Ia memegang sensor lalu memotong pohon Kapuk di kebun mereka di Roga, Lidang, Kecamatan Wae Rii. Pohon Kapuk itu tumbang dan hampir menimpa pamannya. Melihat hal itu kakeknya (Lopo Yan) sangat marah kepadanya. Lalu Apolo terjaga.
Apolo berpikir bahwa mimpi ini tidak baik. Lalu dia menelepon orang tuanya di kampung untuk menceriterakan mimpi ini, lalu dicarilah solusi agar tidak mendatangkan efek buruk untuk keluarga. Mereka melakukan upacara rekonsiliasi dengan dengan roh alam di kebun Roga. Mereka membawa dan mempersembahkan telur sebagai tanda permohonan maaf mereka sekaligus memulihkan hubungan yang sempat retak.
Dalam dunia nyata, ternyata keluarga Apolo memang telah memotong kayu Munting di Roga untuk dijadikan balok rumah. Pemotongan dilakukan dengan mesin sensor. Urat-urat kayu semuanya telah putus. Tetapi ada sesuatu yang aneh bahwa kayu Munting itu tidak tumbang juga. Kejadian ini menjadi bahan pembicaraan orang di kampung Lidang. Banyak orang datang ke tempat itu. Bagaimana cara supaya kayu munting ini tumbang (?) (Tolong tanyakan kepada Apolo). Di samping kayu Munting itu ada kayu Kapuk . Kayu /pohon Kapuk itu yang dipotong Apolo dalam mimpinya.
Beberapa waktu kemudian Apolo mendpat kecelakaan kerja di Jakarta. kakinya remuk dilindas Forklif . Kecelakan ini tergolong sangat berat. luka parah menganga di salah satu kaki Apolo . Dia istirahat kerja berbulan - bulan untuk berobat. Untung perusahan membantu biaya pengobatan. Meski demikian, ternyata tidak kunjung sembuh. Malah luka itu menghasilkan belatung. Pihak kesehatan tampaknya tidak maksimal merawat luka Apolo, mungkin karena menggunakan fasilitas BPJS. Para petugas medis tidak membersihkannya secara baik. Otot k yang sudah rusak tambat bergelantung. Tapi petugas medis tidak berupaya membuang atau mencabut otot yang rusak itu. Apolo stress. Selain karena lukanya tidak kunjung sembuh, ia juga kesepian ketika teman-teman kos pergi kerja, dia sendirian di rumah, tak ada yang membantunya dan dijadikan mintra bicara. Lalu teman -teman kost mengajukan ke perusahannya agar ada orang yang mau menemani Apolo di kost suapaya tidak sendirian. Apolo memang ada mitra bicara namun kakinya belum sembuh - sembuh juga. Akhirnya Ones, salah satu teman kosnya menganjurkan Apolo untuk pulang kampung, ke Lidang, Wae Rii - Manggarai. Kebetulan saat itu ada mobil keluarga yang mau diantar ke Manggarai dari Jakarta. Apolo dan Ones (keluarganya Ones) pulang bersama mobil itu ke Manggarai. Di Lidang, kakeknya Apolo dari pihak bapa sedang menderita sakit. Dia mengharapkan Apolo datang mengunjunginya. Maka Apolo mau menggunakan momen ini untuk untuk berbagai intensi termasuk mengunjungi kakeknya dan juga menyrmbuhkan luka kakinya. Mereka menuju ke Surabaya lalu dengan kapal cepat menuju Labuan Bajo. Ketika hampir tiba di Labuan Bajo, ada badai besar di laut. Kapal terombang ambing, Namun syukur mereka tiba dengan selamat di Labuan Bajo. Saat mau turun dari kapal, ban mobil kempes sehingga harus ke bengkel. Tapi tiba-tiba ban mobil itu kembali normal. Apolo nginap semalam di Labuan Bajo. Lalu lalu menju ke Wol Lembor dan tidur di sana semalam. Keesokannya baru menuju ke Lidang. Saat tiba di Lidang, beberapa jam kemudian, Apolo mendapat kabar bahwa kakeknya meninggal. Lalu dia melayat ke rumah kakeknya sekaligus memohon maaf atas kekeliruan karena tidak cepat datang mengunjungi kakeknya.
Selesai mengurus kakek yang meninggal, Selanjutnya Apolo fokus mengurus pengobatan kakinya. Dia mecoba pengobatan alternatif di kampung. Ada banyak orang yang dimintai bantuan namun tidak kunjung sembuh juga. Lalu pengobatan secara medis juga dilakukan. Apolo tinggal di Taga, di Langgo sambil mengobati kakinya ke petohas medis. Tapi sepertinya tidak ada perubahan yang berarti. Apolo dan Ibunya mendatangi seorng nenek di kampung Lidang. Mereka serahkan pengobatan kakinya kepada nenek itu. Ibu itu tidak segera menyanggupinya. Namun, dia coba membantu. Dia memanjatkan mantra pada air. "Kalau ada mimpi, silahkan dikisahkan. " kata nenek itu.
Pada suatu waktu, Apolo bermimpi. Dalam kondisi pincang dia menagkap katak besar di di Swang ke kebun mereka di Roga . . Dia mengamati katak jumbo itu. Begitu dilihatnya bagian perutnya tampak keputihan seperti luka kaki yang dideritanya. Apolo kaget. Dia melihat gambaran kakinya yang terluka pada katak itu. Akhirnya dia melepasakannya. Lalu dia tersadar.
Mimpi ini dia kisahkan kepada nenek yang mengobatinya. Lalu nenek itu mengajurkan untuk melakukan rekonsiliasi . Menurut nenek ini, ada makhluk hidup lain yang menjadi korban dari penebngan pohon Munting yang mereka lakukan di Roga beberapa waktu lalu, termasuk katak. Karena itu, perlu memulihkan hubungan, menyembuhkan luka sesama makhluk atau roh alam sehingga kita sendiri (Apolo) juga sembuh. Dia meminta mencari telur dari ayam yang baru pertama kali bertelur (ruha rana dalam Bahasa Manggarai) dan mencari ayam 3 warna untuk dipersembahkan di kebun tempat mereka menensor kayu Munting beberapa waktu yang lalu.
Ternyata mencari material ini tidak mudah. Tapi pada akhirnya dapat juga. Telur perdana dari ayam yang beru bertelur di dapat di Langgo. Ketika Mamanya Apolo ke sana, tiba -tiba ayam berkokor untuk bertlur lalu dia memintanya. Lalu ayam bulu tiga warna dapat juga. Lalu dibawakanlah persembahan itu di kebun Roga. Dalam perjalanan pergi dan pulang usahakan jangan sampai ditegur orang. Puji Tuhan persyaratan itu dipenuhi. Lalu diadakanlah upacara rekonsiliasi dengan roh makhluk lain atau semssta di Roga. Apolo sendiri merasa bahwa perkembangannya kakinya membaik.
Lalu suatu waktu dia bermimpi. Dia menjada tnaman padi di Sawah di Roga. Dia melihat ada burung pipit dan ayam . Dia mengambil batu untuk melempari burung dan ayam. Tetapi kemudian burung pipit dan ayam itu berubah menjadi manusia dan mengancam balik Apolo. Apolo terkejut. Apolo melihat kaki mereka luka seperti kakinya. Lalu mereka berbicara. "Ambil daun legi untk mengobati lukamu" suara mereka sambil mempraktekkan mengambil daun itu lalu menyunyahnya kemudia diltakkan di luka itu. Lalu Apolo tersadar. Ketika pagi tiba dia melaksanakan apa yang ditunjukkan dalam mimpi. Dia memetik daun Legi lalu menyunyahnya lalu meletakkannya di lukanya. Sejak saat itu perkembangan kaki Apolo semakin membaik. Dia sudah menapak. Sebelumnya dia susah menapak. Sekarang dia sudah menapak. Dia terus berjuang. Akhirnya dia sembuh. Luka pada kakinya yang terbuka itu akhirnya tertutup oleh otot - otot yang tumbuh baru. Lalu Apolo kembali ke Jakarta dan sekarang sudah bisa bekerja lagi di tempat yang sama.
Kisah tentang penebangan pohon dari wilayah lain:
Di Golo Kaca, Terang, Bapanya Ones memotong Kayu dengan sensor. Urat - urat kayu sudah putus. Tapi anehnya pohon itu belum tumbang juga. Ada yang berkeyakinan bahwa pohon itu ada penjaganya. Setelah itu Bapanya Ones menderita sakit. Dibawa ke RS tapi tidak kunjung sembuh. Lalu ada keluarga yang mengajurkan agar mencari dukun dan dianjurkan ke Wol, Wetik. Mamanya Ones pergi. Sampai di Noa ketemu dengan dukun yang dimaksud. Dukun itu pedagang ikan. Lalu mereka putuskan ke Golo Kaca Terang sambil membawa dengan dagangannya. Sampai di sana, dia meminta untuk dicarikan ayam berbulu tiga. Ayam itu ada di kampung itu. Keluarga mencarinya dan meangkapnya. Ketika ayam itu lari dengan cara terbang, keluarga meangkapnya. Ayah itu dijadikan hewan persembahan dalam upacara menghormati roh alam . Setelah upacara itu dilakukan, pohon dipotong itu bisa tumbang dan kesehatan dari Bapanya Ones semakin membaik.
Itu beberapa kisah dan berkaitan dengan pohon dan binatang dalam dunia nyata yang hadir dalam dunia mimpi.
Kisah ini dituturkan oleh Apolo asal Lidang Kecamatan Wae Rii, Kabupaten Manggarai, yang merantau ke Jakarta; dan juga oleh Ones, dari Golo Kaca Terang, Boleng , yang merantau ke Jakarta pada Sabtu dan Minggu, 18 - 19 November 2023 di kos atau kontakan mereka di Mangga Bear IX / Taman Sari, dekat Pasar Pecah Kulit Mangga Besar, Jakarta. Kemudian saya ketik di JPS, 20 November 2023.
_______
Orang Manggarai mengajarkan agar orang perlu tahu membalas budi, terutama anak-anak harus bisa membalas jasa orang tua. Kalau ananda mendapat keberuntungan, ingatlah ibunda (eme haeng dlek he anak e nuk koe endem e), kalau ananda mendapatkan katak, ingatlah ayahhandamu (eme haeng pakeh e anak e, nuk koe amem e).
JPS, 4 Desember 2023.
Untuk orang tertentu yang memiliki bakat "baca koran", ada istilah "di mana 3 - 4 orang Manggarai berkumpul di situ wajib "baca koran ". " Baca koran : adalah eufemisme orang Manggarai untuk permainan judi, terutama judi kartu. (JPS, 26 Januari 2024). Terinspirasi dari postingan Kraeng Lexiores di WAG _ IKAMASI
[10.37, 26/1/2024] +62 853-1996-0303 (Lexiores): nuk kin kole istilah manggarai..di mana ada 3,4 orang kumpul pasti di situ wajib baca koran..nahhh ini kusus yg hobby aja.
Orang Manggarai kadang serakah , termasuk terhadap alam. Lihat saja hujan Manggarai yang semakin menipis karena dirambah untuk kepentingan ekonomi. (JPS, 31 Jan. 2024).
Orang Manggarai memandang penting Rumah adat, Mbaru Gendang (Tembong) mengapa Mbaru Gendang (tembong)?Karena Mbaru Gendang (tembong) memberrikan kehangatan, "tembong dirit keso sa tura lelleng." (sumbervrefleksi Danda Sa Tura Leleng, Sanda Gendang Mbero Anam, di Youtube, - JPS, 13 Feb. 2024, Perumahan River view , Sawangan Bogor, 14 Feb. 2024, JPS 15 Feb. 2024).
Leluhur Manggarai mengajarkan bahwa darah manuisa dikelompok dalam dua bagian, yakni darah yang rentan dan tangguh terhadap penyakit. Orang yang rentan dengn sakit disebut mince dara (darah manis). sedangkan orang yang tangguh, memiliki kesehatan yang baik disebut pait dara (darah pahit). Orang yang tangguh mentalnya (pa'it - pa'it nai) biasanya memiliki mental dan kesehatan yang baik (pait dara). (VMG 1, Kamar mandi , saat mandi pagi sekitar pkl 07.45 am dan JPS, 26 Feb. 2024).
Oramg Manggari meyakini bahwa hidup di dunia ini bersifat sementara, lalu akan dilanjutakan setelah kematian. Ada dunia lain setelah kematian. Bagi orang Manggarai, kematian tidak menghilangkan kehdiupan. Untuk orang Manggarai, kehidupan itu tidak hilang hanya karena kematian dan karena diburkan ( Latang ata Manggarai, mose hitu toe mora ali le rowa agu le boak )
(Kobtbah Rm. Yosef Karus, imam projo Keuskupan Ruteng, (https://www.youtube.com/watch?v=Gxaj3oUhUoQ) ------ menit 3:48 -49)
Tahapan rangkaian kematian: lonto walu puung one mai adak manuk welang wie, tekang tana rampi boa, ela haeng nai, poe woja agu latung, ancem peti , adak saung ta'a agu kèlas ( paka dia)
JPS, 29 Februari 2024.
Orang Manggarai mengenal proses atau tahapan kehidupan. Ini bisa disimak dalam lagu: Do re mi ta'ang nggepit, mifa sol, bang lawo, la si do haeng ko, do si la, tapas ga, la sol fa, hangs ga, mi re do kali minakn o . (Do re mi, pasang jerat (nggepit), mi fa sol, menjerat tikus, la so do, tikus terperangkat, do si la membakar tikus, la sol fa mari makan, mi re do oh ternyata enak sekali).
JPS, 14 Maret 2024.
Orang Manggarai itu insan yang seyogyanya tahu membalas budi (berterima kasih) dan berbakti kepada orang tua. Tentang hal ini, ada syair lagu rakyat sebagai berikut: "Eme haeng tua e anak e, nuk ata tuam e, eme haeng pakeh e anak e nuk koe amem e, eme haeng delekh e anak e nuk koe endem e . (Kalau kau anak mendapat ikan tuna, ingalah orang tuamu, kalau anak mendapat katak, ingatlah bapamu, kalau anak mendapatkan rezeki, ingatlah ibumu). VMG 1 dan JPS, 17 dqn 18 Juni 2024.
Orang Manggarai mengungkapkan sesuatu yang
Orang Manggarai melihat pemilik anak perempuan (anak rona) berperan sebagai pengikat keluarga (Anak rona wase wunut).
JPS, 3 Juli 2024.
Orang Manggarai dalam situasi tertentu mengungkapkan sesuatu yang maknanya berlawanan , misalnya, untuk mengungkapkan seorang laki-laki dewasa yang tidak memilki kemampuan seksual (impotensi), orang itu disebut, weki de ine wai (tubuh peremuan), padahal dia laki-laki secara fisik. Ungkapan lain yang menyatakan hal situasi orang yang impotensi (lemah syahwat) adalah frase dalam Bahasa Manggarai "toe manga kope (tidak ada parang). "Parang" di sini adalah istilah kiasan (majas) untuk menyatakan keperkasaan (kejantanan). "Toe manga kopen" berarti tidak memiliki kejantanan (keperkasaan).
Kamar mandi VMG I dan JPS, 5 Agustus 2024.
Orang Manggarai, terutama laki-laki, kuat makan, hang serantang , jumik seluni, mboros sebokor) artinya. makan satu rantang, sarapan satu luni (anyaman terbuat dari daun pandan atau daun lontar yang berbentuk karung untuk menimpan sesuatu, misalnya nasi, beras, kopi, dll).
VMG I 7-8 Agustus 2024 dan JPS, 9 Agustus 2024.
______
Orang Manggarai meyakini hukum karma,apa yang ditabur itu yang dituai, sbgm seloka (go'et) Manggarai: weri latung gok latung,weri woja Ako woja,(tanam jagung,panen jagung,tanam padi ,panen padi)
,VMG1, 15 Agustus 2024 dan JPS, 17 Agustus 2024.
Orang Mangarai cukup kuat untuk makan, terutama untuk laki-laki, Orang Manggarai kuat makan, :Ata manggarai mberes hang, mboros sebokor, hang segantang, jumik seluni
Orang Manggarai memandang kehidupan ini sebagai suatu proses yang berlangsung dalam tahapan awal hingga akhir, misalnya rotasi bumi yang mengelilingi matahari, mulai terbit (par), tengah hari (lesak leso), hingga tenggelam (kolep). siang ( leso) hingga malam (wie). Proses yang lainnya kita bisa lihat pada proses perjalanan air, dari hulu hingga hilir (ulu le wai' lau). Contoh lain dari hidup sebagai proses bisa disimakan pada syaur lagu rakyat: " DO RE MI " berikut: Do re mi tang nggepit, mi fa sol bang lawo, la si do haengy gio, do si la tapay ga, 6 45 4 hangs ga, mi re do kami minakn no. (Do re mi, pasang perangkap), mi fa sol, memburu tikus, la si do (teperangkap), di si la (ayo bakar), la sol fa , mari makan, mi re do ( enak sekali).
JPS, 5 Sepember 2024.
Manusia Mangggarai menyadari keberadaannya di dunia untuk mencari hidup (kawe mose). Ketika berpapapasan di jalan, hal yang kerap ditanyakan ngo nia (ke mana), dan kawe apa (cari) apa? Jawabannya, ke suatu tempay, misalnya ke Terang untuk mencari hidup (kawe mose). Untuk orang Manggarai, hidup ini perlu dicari / diperjuangkan.
VMG I - JPS, 25 Oktober 2024.
Manusia Manggarai menganjurkan agar hidup harus memimiliki kesadaran bahwa hidup di dunia ini bersifat sementara. Sadar diri penting agar bisa mejalankan hidup dengan bijak Ini diungkapakan dalam tembang rohani: "Doing koe ga...doing koe go mose ge...o e mose dokong lino hoo, doing koe go mose ge," (Sadarlah bahwa hidup ini bersifat sementara). Karena itu hidup harus disertai dengan sikap mawas diri, baik tutur kata maupun tindakan (perbuatan).
VMG I - JPS, 12 November 2024.
Orang Manggarai percaya bahwa kata-kata itu bertuah, berkuasa, berpengaruh. Pada zaman dulu, orang tua mengajari anak-anak agar tidak kencing atau membuang feces di malam hari. Maka perlu menyampaikan kata-kata ke dalam diri sendiri, agar tubuh bisa mengkondisikan diri agar sesuai dengan yang siinginkan atau direncanakan. Dulu kata-katanya sbb: "Tuku tuus, diang po sia, tuku tuus diang po tai' ( Pukul kecil di lutut dengan tangan mengempal , sambil mengucapkan, " besok baru kemcing/ buang hajat). Menurut orang manggarai, kata-kaya itu memiliki kekuatan untuk mengkondisikan sesuatu, termasuk tubuh agar tidak kemcing atau buang feses di malam hari. Mengpa demikian, mungkin karena kencing atau buang feses di malam hari itu merepotkan karena harus keluar rumah, apalagi bila siatuasinya gelap. Pada zaman dulu, rumah orang Manggarai tidak ada toilet. Kencing atau buang hajat harus di luar rumah . Tentuk sangat sudah bila itu dilakukan pada malam hari, maka otak bisa mengontrol tubuh agar kencing atau buang hajat tunggu pagi hari, saat matahari bersinar.
JPS, 30 Januari 2025.