Kamis, 20 Februari 2014

AYAM DALAM PERSPEKTIF MANGGARAI


Awal mula  ayam:
Alkisah. Ada seorang perempuan muda berdiri menghangatkan badan di halaman rumah. Sinar matahari pagi menghangatkan badannya. Dia merasa ada sesuatu yang  menggelitik di area  vital  kewanitaannyanya  hal  yang  membuat  dia begitu bahagia. Dia sangat  menikmati  suasana  itu. Saking  enaknya, dia ketagihan. Karena  itu dia berusaha untuk menjemur  diri berulang-ulang  pada padi di waktu selanjutnya. Apa  hasil  dari  rasa  bahagiannya  ini? Dia  mengandung. Dia mengandung tanpa perkawinan dengan seorang lelaki. Waktu  bersalin  tiba. Apakah   yang  keluar  dari  rahimnya? Manusia? Akh... ternyata bukan  manusia  tetapi  ayam  jantan. Semua  orang  pada  heran.
Perempuan ini memelihara  ayam ini.
suatu hari dia menanyai ayam ini  untuk  menjadi apa baiknya. 
Apa tidak lebih baik  kamu  menjadi  babi, biar  tinggal di kolong  rumah?" tanya ibunya. Tidak mau! jawabnya. Demikian selanjutnya ditawarin menjadi kuda, kerbau. Namun dia menolak  semuanya. Lau maumu menjadi apa?" tanya  ibunya, mau  menjadi ayam yang  tinggal  di  atas  biar  dekat  dengan ayahku," jawabnya. Ibunya  menyetujui permintaannya. maka  dia tetap menjadi  menjadi ayam. Tempat tinggalnya bukan di  kolong   rumah  tetapi di  atas bubungan rumah / di pohon. Dia  mau tinggal di antara  pencipta  dan  manusia. Dia  dinamai  ayam  mbak. Aku akan  kembali ke tempat  bapakku. Apabia\la aku datang  kembali   kamu  harus menyembelih makhluk sejenisku, yakni ayam, itulah cara  penghormatan kepadaku. lalu  ayam  bak  itu  terbang  ke  arah  Timur  menuju  sumber  cahaya  tempatnya  berasal.

(Sumber: Pater  Jilis  A. Verheijen -  Manggarai  dan  wujud  Tertinggi, p...... wangkan  manuk).

Ayam  sebagai perantara:
Orang manggarai  menjadikan manuk  itu sebagai perantara antara  dirinya  dengan Sang  pencipta. Ayam merupakan penghubung, jembatan  anatara  manusia  dengan   Sang Pencipta.
Dalam konteks inilah maka  orang  Manggarai  acapkali mengadakan  persembahan ayam (mbele manuk)  untuk berbagai keperluan, apakah itu sebagai  ucapan syukur  atas  hal  yang   baik  maupun  dalam  upaya mengubah (membatalkan) sesuatu yang  buruk  menjadi  baik. Dalam  kaitan dengan  ucapan syukur, misalnya ada acara: Manuk  wuat  wai', manuk sasa selek,  manuk teing  hang  empo, manuk we' mbaru, manuk sear sumpeng,manuk hambor . Upacara persembahan ayam untuk menolak bala  misalnya  manuk kando nipi da't.




Ngasang  Manuk:
Lalong:
  1. Lapak  (3  warna : bakok - ndereng - rasi / taak)
  2. Rasi
  3. Sepang
  4. Bakok
  5. Welu

Kina:
  1. Rawuk
  2. Lale
  3. Miteng
  4. ......
JPS 9-8-2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar