Kamis, 27 Agustus 2020

SIAPAKAH ORANG MANGGARAI ITU ---- 4

 PERTANYAAN UNTUK DIREFLEKSIKAN DAN DICARI JAWABANNYA:

Untuk orang Manggarai, apakah ada hubungan antara  gen dan bahasa?  Apakah adat perkawinan menyalurkan transmisi bahasa?  Pada Suku-suku lain,  misalnya Sumba dan Timor, menurt Stefen Lansing, profesor Antropologi dan Ahli Bahasa dari Santa Fe Institute,  ada korelasi antara gen dan bahasa  di mana anak-anak belajar bahasa ibu yang diturunkan dari DNA (deoxyribonucleic acid) mitokondria  ibu. (Lihat https://www.kompas.id/baca/humaniora/2022/08/22/data-genomik-manusia-indonesia-untuk-pemetaan-budaya-dan-pengobatan-presisi?utm_source=external_kompascom&utm_medium=berita_terkini&utm_campaign=kompascom&status=sukses_login&status_login=login  ,   dibaca pada 23 Agustus 2022, pkl 07.30 - 07.55 am).



ǝ

SIAPAKAH ORANG MANGGARAI ITU   ---- 4

Orang Manggarai mengenal sogan 4T, yakni Toing (mengajar /mendidik), Toming (mencontoh), Titong (Mengarahkan), Tatong  ( Mendidik?). 4 T itu seyogyanya dimiliki oleh  orang  tua atau pemimpin agar bisa membimbing anak agau rakyat dengan bijaksana.  Selain 4T, juga ada 5R, yakni:  Reis (Menyapa) , Ruis (dekat), Raes (berteman /bersahabat), Raom (bergabung / melebur / bekerja sama), Roes (murah) .  Sikap-sikap  di atas penting untuk orang Manggaarai demi kehidupan pribadi dan bersama yang rukun, damai, sukses. 

 Toing kudut noing  / doing) (Mengajar  supaya sadar)

Titong kudut tingo (Mengarahkan supaya mengetahui)

Toming kudut  ndorik (Mencontohkan supaya diikuti)

Tatong kudut pangong (Mendidik supaya memahami/mengingat)

(JPS, 6 Januari 2023).


Orang Manggari menempatkan seseorang yang dianggap kuat dalam segala hal sebagai sandaran terakhir untuk diskusi dalam mengambil keputusan. Orang yang dianggap kuat itu baik dalam lingkup keluarga inti, keluarga luas, suku, kampung . tokoh adat, tokoh agama, tokoh politik. Orang kuat itulah yang menentukan  kata terakhir darisuatu kepusan atau kebijaksanaan. Orang terakhir  dalam menentukan kebijakkan itu disebut: ata dopo tanjeng (deming)   (orang terakhir sebagai tumpuan harapan).


JPS, 27 Agustus 2020


Orang Manggarai  dikenal sebagai  makhluk pribadi dan  komunitas (sosial) . Sebagai pribadi, manusia itu khas, berbeda dari yang lain (wai woleng lampa, lime woleng wajong).  Sebagai makhluk komunitas (sosial) , setiap orang diharapkan  memiliki kontribusi, menjadi orang kaya makna ( bora guna) . Kalau hadir dalam suatu  perkumpulan, seyogyanya memmberikan kontribusi, termasuk   material, seyogyanya membawa oleh-oleh  (barang atau uang) jangan hanya bawa diri semata, tak memiliki apa-apa, hanya membawa diri dalam kemiskinan ( riti  gising, bontong kosong). 

JPS, 1 September 2020


Bagi orang  Manggarai relasi kekeluargaan dan kekerabatan sangat  penting karena bakal saling mendukung,  melengkapi. Relasi antara laki-laki dan perempuan dewasa misalnya, peran perempuan yang sudah menikah, sangat  penting bagi saudaranya yang akan menikah, karena belis perkawinan saudara mengandalkan belis dari saudari. Kondisi ini diungkapkan dalam seloka (go'et):  wai weta  papi, laki nara laing  (menikahkan saudari untuk menikahkan saudara. |Maksudnya, mahar perkawinan dari saudari -kuda, kerbau , uang - akan  diapakai untuk membayar mahar perkawinan saudara).

VMG - JPS,  4 September 2020



Orang Manggarai kerap melakukan upacara kurban dalam rangka memohon berkat atas kehidupan dan menolak bala yang mematikan. Dalam rangka upacara silih ini,  ada hewan kurban dengan nama dan warna tertentu. Jenisnya bisa berupa, kerbau, kuda, kambing, anjing, ayam. Warna berupa hitam , misalnya kuda hitam (jarang bolong) untuk membersihkan  kampung.  Selain warna hitam bisa juga warna putih , misalnya kerbau putih (kaba bakok / pera),  ayam berbulu putih (manuk bakok).  Juga  warna campuran, misalnya putih dengan hitam , misalnya kerbau hitam campur putih (kaba balo),  juga warna kecoklatan,  misalnya babi coklat (ela butung), kamping berwarna coklat (mbe butung), juga waerna campuran, misalnya putih dengan merah, misalnya  kambing berwarna putih dan coklat (mbe kondo), Juga yang berwarna hitam, misalnya, anjing hitam (asu miteng).  Pada ayam  msalnya, ayam putih (manuk bakok), ayah merah (manuk sepang), manuk hitam kehijau-hijauan (manuk rasi), ayam keabu-abusn (manuk lale), ayam   warna/ warni / tiga warna (manuk telu wulu/ warna: taak, bakok, ndereng).  Untuk orang Manggarai warna binatang persembahan memiliki derajat makna (warna manga rangn). 

VMG - JPS,  10  September 2020.


Orang  Manggarai  selalu mengharapkan kelimpahan dan keberkahan  dalam hidupnya, sebagaimana   terungkap dalam  seloka: Ako neka lako (panenan jangan jalan/berpindah), lalap neka lampa (babakan panen jangan melangkah, renco /  sehok neka hesot (angkutan / ayakan jangan bergeser) ,  tawi neka asi (siangan jangan berhenti), hoer neka holes (perawatan jangan berpaling),  pika neka mila (perdagangan jangan  menjauh). 

VMG - JPS,  22  Oktober 2020.


Zaman dulu,  ketika  melewati sungai, ada aturannya, yakni orang   Manggarai harus  bertanya, apakah ada orang yang sedang mandi atau tidak. Kalau ada orang yang sedng mandi, harus stop dulu, janngan lewat, berikan kesempatan kepada orang itu untuk merapihan diri. Kalau sudah beres baru boleh lewat. Aturan lisan ini dikenang dengan sebutan koing sebong (tanya ada orang yng sedang mandi atau tidak).  Biasanya percakapannya seperti beriti: Penanya: " U...sebong," Penjawab:  "Sebong (kalau orang mandi), Toe (kalau orang tidak mandi)". Kalau jawabannya sebong, orang  harus berhenti. Kalau jawabannya toe (tidak), orang  boleh lewat.  Kebiasaan ini orang kenangkan dalam lagu O  Sebong (Mandikah). Melalui lalu ini, orang Manggarai diingatkan untuk memegang sopan santun kehidupan, yakni menghargai orang lain dan tubuh, karena  tubuh itu  suci, maka perlu dilindungi dan dijaga, jangan pamer sembarangan.

JPS, 27 November 2020.


Zaman  dulu manusia Manggarai begitu akrab dengan alam, termasuk dengan burung-burung dan binatang-binatang  umumnya. Manusia kadang belajar dari binatang-binatang itu  dalam memahami pperistiwa kehidupan.  Kadang alam memberikan tanda -tanda tertentu melalui kehadiran binatang-binatang. Kehadiran binatang tertentu memimiliki makna khusus. Misalnya kehadiran burung  gagak (ka) di kampung itu menunjukkan bahwa  tidak lama  lagi akan ada peristiwa duka (kematian).  Selain  bunyi dan kehadiran barang Gagak (Ka), juga  suara  burung Hantu (Po) , bila   Burung Hantu  (Po) bersuara - Po.....po......po...po..........."  pada pagi  hari itu juga indikasi bahwa dalam akan ada peristiwa kematian dalam waktu dekat di kampung itu.  Selain itu, tanda kamatian diindikaksikan dengan bertemu atau lihat binatang sejenis serangga yang dalam Bahasa Mnggarai disebut Robong. Billa Robong masuk rumah   atau ketemu ketika di jalan atau di kebun, itu juga indikator bahwa kabar duka akan datang kepada kita.  Selain  kabar  duka, kondisi alam juga bisa dibaca dengan kehadiran binatang tententu. Misalnya kalau pada siang   beterbangan  dalam jumlah banyak  maka itu tanda bahwa sebentar lagi hujan turun.

JPS 28 April 2021.


Orang  Manggarai menyakini bahwa  hidup ini suatu investasi yang akan dituai saat ini  dan nanti. Bila menghatapkan hasil tuaian yang baik, maka  tanamlah  perkataan  yang baik dan laukakan  perbuatan  yang mulia.  Apa yang kita dapat merupakan   pencerminan apa yang kita katakan dan lakukan. Apa yang kita dapatkan  sepadan dengan apa yang kita  katakan dan kita buat.  Berkata dan melakukan sesuatu yang baik maka akan menuai kata dan perbuatan yang baik juga. Keselarasan antara proses dan hasil   atau hasil yang tidak mengkianati proses  ini dalam Bahasa Manggarai dinayatakan dalam ungkapan  berikut weri latung, gok latung, weri woja, ako woja  ( tanam jagung petik jagung, tanam padi petik padi).

JPS 29 April 2021


Coba perhatikan gula aren Manggarai yang disebut  Gola Malang.  Rasanya  manis. Khasisatnya banyak, seperti  mengandung antioksidan yang berfungsi untuk  menjaga kekebalan tubuh. Selain itu    Gola Malang  cepat meningkatkan energi ketika orang kelelahan.  Selain itu, dari segi kesehatan  Gola Malang  baik untuk  perawatan diabets karena proses pembuatannya yang  alami  tanpa menggunakan bahan pengawet.  Lebih  dari  itu, gula aren bisa menghangatkan tubuh,  meredakan  demam  dan flu, mencegah obesitas, melancarkan pencernaan , mencegah penuaan diri, mengatasi  kram menstruasi karena kandungan kalium dn zat besi yang dimilikinya.   Dari paparan ini kita simpulkan bahwa Gola Malang  ternyata  memiliki khasiat yang  luar biasa. Hanya sayangnya  cara orang Manggarai mengemasnya  masih tradisional. Gola Malang  kebanyakan  berukuran seperti   balok berdasarkan mal (galang)  pembentukkannya. Bungkusannya pun menggunakan   daun enau sendiri. Hingga  kini pembungkusannya masih menggunakan pola tradisional. Pembungkusan sesuatu yang bernilai dalam wadah tradisional boleh jadi menyiratkan pesan bahwa orang Manggarai lebih menekankan  bingkisan (isi)  daripada bungkusan (cover).  Demi  nilai lebih, tentu butuh kualitas yang lebih baik dalam banyak aspek, baik bingkisan maupun bungkusannya. 

JPS 4 Mei  2021.

Orang  Manggarai menghayati  waktu  duka  cukup  lama.  Jarang  jenasah  orang yang  meninggal  cepat dikuburkan cepat dalam  12  jam. Kecuali kalau keguguran atau bayi  kecil,  bisa  dikuburkan  cepat.  Tapi  bila  orang  dewasa  apalagi  kalau pemimpin atau orang  berpengaruh atau yang memimiliki harta cukup banyak maka  waktu   dukanya   lebih  lama.  Ada saat  untuk membaringkan dan meratapkan  jenasah .  Mengapa ditahan  lama? Karena  menunggu keluarga yang  tinggal  di tempat jauh. Bila  anggota keluarga di tempat jauh datang untuk melayat  dan dipesan  agar menunggu dirinya  baru dikuburkan maka   penguburan jenasah menunggu kedatangannya. Lalu setelah dikuburkan , pada hari ketiga atau kelima diadakan  upacara  pelepasan roh orang yang meninggal dari tengah keluarga / keluarga    dan selesai masa kabung. Keluarga  dan warga  kampung  bisa melakukan kegiatan seperti  biasa. Acara  pada  hari ketiga  atau  kelima disebut  Saung taa . Secara  harafiat saung taa  berarti  daun  segar. Maksunya  adalah  orang yang meninggal diayaki   mengalami  kehidupan baru seperti  daun  segar/ daun yang bersemi  untuk memulai babak baru kehidupan.  Lalu  puncak   acara  kematian adalah kenduri yang dalam Bahasa  Manggarai disebut: kelas.   Kelas dilaksanakan setelah beberapa waktu, misalnya bulan atau tahun orang itu meninggal dunia. 

JPS 18 Mei 2021. 

Orang  Manggarai  memberi yang  terbaik  untuk orang  lain, sedangkan yang  kurang  baik diberikan kepada  diri sendiri. Dalam  soal makanan  misalnya,   makanan  terbaik (daging, nasi, kopi, gula aren, buaha-buahan, dll)  diberikan kepada  tamu , sedangkan  untuk keluarga / diri sendiri  menggunakan  yang  kurang  baik dari apa  yang dimiliki. Ini  berbeda  dengan  orang lain. Sebagai perbandingan i Spanyol, Eropa,  barang yang  terbaik untuk  diri / bangsa  sendiri, sedangkan  yang  kurang baik intuk dijual kepada  orang  lain.

JPS 12 -  18 Mei 2021. 


Orang Manggarai memandang  orang  tua  sebagai orang yang penting dalam hidupnya. Bapa dugambar kan sebagai pemberi nafkah sebagaimana  dalam seloka adat "ame  watu nare " (ayah sebagai batu tungku untuk memasak),  dan  ibu sebagai penguat dan pembari easa  awet  sebagaimana  terungkap dalam seloka adat ine watu cie (ibu  sebagai batu garam) .


JPS 3 Juni 2021


Orang  Manggarai  melihat tuak sebagai  penyampai pesan sebagaimana terungkap dalam  seloka  adat: " one  tuak  de laku tura, one  bokol de laku  tombon  (pada tuak saya  sampaikan, dalam botol (tuak) saya katakan/ smapaikan). 

JPS 3 Juni 2021

ǝ

Orang Manggarai kasang memplesetkan nama  yang benar   demi suatu sapaan kesyaangan. Misalnya Petrus dipanggil Pice. Gabriel dipanggil Gaba, Frans dipanggil Wang, Nobert dipanggil Kombe, Yohanes dipanggil John, Robert dipanggil Obe,  Sirilus dipanggil Lilu,  Marsel dipanggil Mancek,  Paulus dipanggil Polus, Yakobus dipanggil Kobus,  Flory dipanggil Woik, Safer dipanggil Aweng,  Bneyamin dipanggil Bento. Mersy dipanggil Mecik,  Maria dipanggil Mery,  Yustina dipanggil Tina. Salesius dipanggil Njale,  Simon dipanggil Mimo, Lamber dipanggil Mbambe,  Clara dipanggil Lala,  Freddy dipanggil Pendik,  Rinus dipanggil Pindu. Thomas dipanggil Momas,  Rosa dipanggil Oca.

VMG 20 Juli 2021, JPS 22 Juli 2021

ǝ

Nama bagi orang Manggarai  memiliki makna termasuk mengungkapkan status  sebagai orang tua. Dalam Budaya Manggarai dengan menempatkan  huruf M di depan  nama  anak  sulung,  itu berarti  orang yang dipanggil  atau disapa berstatus sebagai orang tua dari anak yang  mereka miiki. Biasanya anama ayah atau nama Ibu mengunakan nama anak sulung, misalnya Mjelita artinya Bapak atau Ibunya Jelita, Mbeni berarti Bapak atau Ibunya Beni, MNganu= Bapak atau Ibunya Nganu.

VMG  Juli 2021, JPS, 22 Juli 2021

ǝ

 Orang Manggarai diajarkan untuk bersikap sopan terhadap sesama, termasuk kepada  teman sebaya atau  seusia, sebgaimana terungkap dalam  seloka adat berikut: Cepa (sepa)  hae  reba cama (sama) emas  lemam, curup (surup)  hae ubu cama (sama)  luju muum. (Mmemberi sirih kepada kawan, lidah (ucapanmu) bagaikan  emas,  bertutur kepada kawan sebaya, mulutmu bagaikan hiasan kepala (leher)  yang indah . 

VMG  Juli 2021, JPS, 22 Juli 2021

ǝ

Orang  Manggarai tradisional   menyakini bahwa hidup dan mati manusia  ada di tangan Tuhan.  Berkaitan dengan saat kematian  orang Manggarai menyakini bahwa  saat  meninggal sebaiknya   siang hari, saat matahari  masih ada. Mengapa? Karena itu   meninggal saat itu (siang) diyakini meninggalkan (mrwariskan) terang  bagi keturunan. Diharapkan  orang meninggal jangan  pada malam hari karena malam hari penuh kegelapan. Maka orang Manggarai mengharapkan agar jangan meninggal saat malam. "Ema  / Ende/ , neka  koe  lako le  wieh, gereng  gerak tana"  (Bapa/ mama, mohon jangan malam, tunggu   fajar  bersinar). 


JPS 28 Juli 2021.

ǝ

Orang Manggarai itu cara pikirnya cukup komprehensif (holistik) akan kosmos kehidupannya yang meliputi mezbah persembahan  (compang takung),     rumah hunian (mbaru kaeng), halaman bermain /bersosialisasi (natas labar), boa te boak (kubur untuk penguburan), mata air untuk timbaan (wae bate teku) atau rana te wasa (danau untuk membasahi)  atau sano te mbalo (danau untuk menghambarkan / menangkal), puar te wuat (hutan sebagai pengutus) . Dibandingkan kaum kapitalis,  cara pikir traditional Manggarai lebih komprehensif daripada kaum kapitalis yang hanya berpikir dari sisi ekonomi /materi / uang saja.  (Labuan Bajo,  5 September 2021).

 Orang Manggarai memandang  Tuhan Allah akan tindakan keadilan bagi semua orang. Baik atau buruk tindakan seseorang akan dinilai oleh Tuhan. Karena  itu tetaplah melakukan kebaikan karena  Tuhan tak akan lupa untuk membasnya. Sebaliknya tindakan buruk perlu dihindari  karena Allah  akan   menggarinya nanti.  Terhadap suatu kekecewaaan lantaran perbuatan seseorang, misalnya  dalam soal perjodohan, pihak yang merasa dirugikan paling berserah diri dan mengharpkan keadilan dari Tuhan. " Manga le Morin tai ga (Nanti ada Tuhan yang akan membalas).  (JPS (27 Oktober  2021).  (Inspirasi  Lagu Manggarai: "Coo Tara Nggo Pand o ---- https://www.youtube.com/watch?v=jwaAf_bezGY)

ǝ

Orang Manggarai  meyakini bahwa kehidupan bersumber dari Allah.  Karena itu tugas kita hanya berusaha melakukan yang  dan berusaha  yang terbaik, jangan melakukan tindakan yang  merugikan, termasuk orang  yang lemah, termasuk kepada anak  yatim piatu.  Terhadap anak yatim piatu, janganlah  diterlantarkan, karena  siapa tahu  Allah  punya  rencana lain untuknya. Tugas kita membantu agar dia atau mereka tumbuh   dan berkembang secara wajar,  karena dalam diri mereka Allah mereka potensi untuk bertumbuh dan berbuah, sebagimana  diungkapkan dalam sepenggair sair  lagu (dere) Manggarai: " Weri  latung , gok latung,  weri  woja  ako  woja, one  limed Mori  mosed e  (tanam jagung, panen jagung, tanam padi, panen padi,  Hidup kita  ada  dalam  Tuhan).   (JPS (27 Oktober r 2021).  (Inspirasi  Lagu Manggarai: "Anak Diong"  ---- https://www.youtube.com/watch?v=jwaAf_bezGY)


___

ǝ

Orang Manggarai  percaya bahwa  suara ayam Bekisar (Rata)  dan tuturan  orang yang sedang ada kutil,  bisa menyembuhkkan kutilnya. Menurut orang Manggarai, kutil (  wute)  karena kecipratan darah ayam di  tubuh. Maka untuk mengobatinya,  harus  menggunakan terapi tuturan ayam bekisar dan  penderita sendiri.  Terapinya demikian, ketika  bekisar jantan berkokok / berbunyi : Tehehee ...... penderita  kutin menyambulnya dengan  frasa"  "O lilem o rata" (ini kutilmu ayam  Bekisar).   Saambil   mencubit  buang kutil dari tubuh (tangan,  kaki  atau bagian  tubuh lainnya)

JPS, 9 November 2021

___

Orang Manggarai menyadari bahwa  hidup ini mengandung resiko, di manapun kita berada. Tak ada hidup tanpa resiko. Orang Manggarai melukiskan hal ini dalam  seloka (gp'et): Le le tekal, le le mbetar, lau -lau lempo, lau - lau lembot. ( Melangkah  ke sana (selatan)  keciprat,  melompat ke  sana  (utara)  basah kuyup.  Ke manapun  melangkah dan bergerak selalu kena basah. 

JPS, 10  November 2021

ǝ

Orang Manggarai  memandang bahwa hidup bersekutu sebagai pasangan hidup sebagai suami istri  penting untuk  saling menyempurnakan.  Istri dipandang sebagai pendamping di sisi  tubuh  sebagai  sebagai pendamping  (manga naca cimping racap te hae raes moseg e) dan  suami dipandang sebagai  sauudara/ orang  di sisi tubuh  sebagai pelindung   /  (nara one racap tau tadu lau  kepe le) . 

Sumber inspirasi Dere (Lagu) Dengkur  Du Cemol (https://www.youtube.com/watch?v=SYgiZLpPoXs)

ǝ

Dalam hal konsumsi, orang Manggarai tampak boros. Coba periksa, ada berapa banyak butir nasi  atau jagung  atau potongan makanan lain yang dibuang percuma ke tempat sampah atau selokan pembuangan. Dalam soal makan, orang  Manggarai kadang tidak tahu diri akan kemampuan dirinya  untuk menghabiskan apa yang tersaji.  Saat ambil banyak, tapi ternyata  tak mampu habiskan, malah sisa. Menyisakan makanan seolah menjadi kebiasan yang lumrah. Bila dikomplain, jawabannya enteng, tak apa-apa, bisa diberikan kepada babi, ayam.  Padahal  bila makanan dikonsumsi secara  tepat,  sisa anggaran konsumsi  bisa  dipakai untuk urusan yang lain misalnya untuk biaya  pendidikan, investasi,dan lain-lain.  Sikap borons orang Manggaarai ditunjukkan padaa musim panen pagi / jagung tiba. Pada saat panen, nasi dimasaka sebanyak-banyaknya sampai bongkahan (kongko)  sisa nasi  menganggur di  dapur. Saking banyaknya, orang berselooroh, bongkahan itu bisa dipakai untuk melempari anjing (peke le kongko asu). Ketika panen berkelimpahan, setelah  panen hidup susah. 

(VMG  28 Nov. 2021, JPS  29 Nov. 2021).

___________

Orang Manggarai  berhamburan makanan   di saat panen  atau pesta,  berkekuranggan di musim tanam /  paceklik, berhamburan saat  ada  (panen) ,  meminjam saat berkekurangan   (hela - hala du manga,  selong   du  geong, kembe lambong du ako,   kasi asi du kawi). 

(VMG  JPS   8  Des.  2021

ǝ

Orang Manggarai  merupakan makhluk simbolis? Mengapa? Karena  sering menggunakan simbol-simbol dalam kkehidupan, termasuk dalam perkawinan. Dalam perkawinan adat misalnya,  ketika melamar, pria membawa sirih dan pinang kepada keluarga pengantin putri. Pinang melambangkan pria (alat kelamin) dan sirih melambangkan wanita (alat kelamin wanita). Jadi sirih dan pinang melambangkan perkawinan laki-laki dan  perempuan. Orang Manggarai percaya bahwa pinang (simbol laki-laki)   berperan meluluhkan hati  wanita (kala), demikian sebaliknya kala (simbol perempuan) bisa melelehkan hati pengantin pria.  Pria dan wanita yang bisa laling meluluhkan dan melelehkan ini   dengan sangat bagus diungkan dalam seloka (go'et) Manggarai),   kala wa nai nawa, raci wa nai laing.

(Inspirasi  dari frase lagu   Lagu Ala Dindut - Nai Go ) - Lihat https://www.youtube.com/watch?v=xiLofH5GgT0----- JPS, 16 De. 2021

ǝ

Orang Manggarai  tinggal dalam komunitas di kampung-kampung. Di kampung ada pemimpin , yakni tua \golo, tua' teno, tua'  panga, tua  kilo.  Para pemimpin hadir  untuk  mengatasi masalah    warga  kampung. Warga yang memiliki persoalan bisa  membawanya kepada  para pemimpin kampung:   Eme manga raja com caca le tua' panga, eme manga comong, com toto le Tua' Golo|. 

ǝ

JPS, 17 Desember  2021.


Orang Manggarai harus guyup. bersatu, saling membantu.  Awo manga jaong, awon taung lawa, sale  manga  tae, sale taung  lawa .  

JPS, 17 Desember  2021.

ǝ

Orang Manggarai harus  tuntas dalam  menyelesaikan pekerjaan.  Kalau  tidak akan  ada resiko yang memberikan ketidaknyamanan yang dalam Bahasa Manggrai disebut rantang muntung rowe  (supaya  selimut tidak kebakaran).

Ide  ini muncul di atas motor  saat  melintas Blok G, VMG I , Setia Asih, Tarumajaya, sekitar pkl 22.  30 pm. Lalu   ditulis di catatan di rumah  sekitar pkl 23.00  Selasa, 28 Desember 2021 , diketik di blog  di JPS   pada  29 Des, 2021.

ǝ

Orang  Manggarai  harus punya hasrat dan keinginan untuk maju sebagaimana  ajaran leluhur dalam seloka (go'et) :  Harat nanang sai le tanda, rani naim  sai le ranti (  tajam hasrat  sampai di  garis akhir,  bertaring nyali samapi di perbatasan). 

JPS, 29 Des. 2021

ǝ

Orang  Manggarai  punya nilai / martabat, trutama  mereka yang punya kekuasaan, baik kekuasaan  adat, maupun politik, pun kekuasaan akademism karena  memiliki pengikut atau sesuatu. Tentang hal ini seloka (go'et)   Manggarai mengatakan demikian,  "Pitu tondol watu lontom, lima lapis watu asim"  (tujuh tingkat batu dudukan, lima lapis batu perhentian).

JPS, 29 Des. 2021

ǝ

Seorang bocah  perempuan  bermain di jalan sambil memmegang HP. Dia mau nonton  video di youtube.  Anggota keluarga mau memanggilnya untuk  datang mendekat. Dia malah lari menjauh. Dia akhirnya tersandung  oleh  polisi tidur dalam pelariannya itu. HP  nya jatuh, kaki dan tangannya lecet. Da menangis.  Orang tuanya mmengangkatnya. Menggendong. Dia menangis terus. Tangan dan kakinya diberihkan di kamar mandi.  Dia masih  menangis, Lalu bagaimana   cara mamanya menghentikan tangisannya?  "Oh...jalan rayanya  yang salah. Mari kita memukulnya.  Lalu dia tunjuk di mana  dia  jatuh. Dia mengambi sandal  lalu memukul sandal itu.  Ketika dia  sudah memukul jalan aspal itu, dia lega, puas, karena  dendamnya sudah terlaksana, Kemudian dia tertawa. Lalu berhentilah  ia dari tangisannya. Inilah  contoh penyekesaian masalah   yang mengkambinghitamnkan   pihak dalam dalam menghadapi masalah. Orang Manggarai  perpendapat bahwa suatu rasa sakit harus dibalas setimpal dengan rasa  sakit. Ini cara menghentikan tangisan pada bocahm terbukti  efektif  dari generasi ke generasi. Petanyaan  kritis patut diajukan, apakah cara  ini benar? Mengapa tak jujur mengatakan  bahwa kitalah yang keliru, tidaka hati-hati  sehingga  kita terjatuh. Kita yang bersaah  kenapa harus mempersalahkan aspal?  Orang Manggarai berpikir  suatu tindakan harus sepadan, rasa sakit harus dibalas  sakit  hati. 

Pengalaman  saat berkumpul Tahun Baru  2  Januari  2022 di  Cikarang Baru, Bekasi, Jawa  Barat. Ditulis di JPS, 3 Januari 2022.


*****

ǝ

Saya  sempat libur di kampung halamanku di Wela, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai. Saya sempat melintasi pekuburan Wela. Wow.... banyak pekuburan  yang  disemeni  bahkan  dilapisi  keramik.  Wow.... . Apakah rumah  keluarga  sudah  begitu  juga? Belum tentu. Banyak  orang Wela yang   masih berumah kayu bahkan berteraskan tanah. Tapi, kubur keluarga yang meninggal dibuat lebih baik, desemeni bahkan dilapisi keramik.  Tampaknya orang Manggarai  lebih menghargai  orang    yang sudah mati daripada orang  yang  masih hidup. Contoh lain, pada  acara pergantian tahun  biasa diberi  persembahan untuk anggota keluarga yang  sudah meninggal, berupa  ayam. Ritus  ini disebut  "Teing hang"  (memberi makan). 

Refleksi  di JPS,  5 Januari 2022.

ǝ

Orang  Manggarai  menyadari  bahwa  hidup ini butuh kehadiran  orang lain. Ada  bersama berguna  untuk saling melengkapi karena  setiap  pribadi  ada kekurangan. Kekuarangan itu  bisa diisi oleh orang lain. Manusia  perlu berkolaborasi  untuk mengatasi  masalah kehidupan.  Soal ketergantuan  dan saling membutuhkan ini, orang Manggarai  melukiskan seperti peran   tangan  kiri dan tangan kanan  yang saling melengkapi. Wilayah sebelah kiri yang tak bisa dijangkau tangan tangan kiri, bisa digaruk  oleh tangan kanan. Demikian juga  wilayah sebelah kanan   yang  tidak  bisa  dijangkau  (digarut) oeh tangan  kanan  bisa  dibantu oleh tangan  kiri.  Mose sama  neho  lime  leo - lime wanang  (Hidup ibarat tangan  kiri  dengan tangan kanan) 

VMG  Jan. 2022, JPS 11 Jan. 2022.

ǝ

Orang  Manggarai  menyadari  bahwa  hidup   manusia itu rapuh, ringkih, mudah jatuh, gampang tumpah tercurah, ibarat air  atau darah dalam  tabung bambu yang mudah mengalir. Perihal keringkihan ini, orang Manggarai negungkapkannya dalam seloka  (go'et) :  dara one galang, wae one wolo (darah dalam  wadah belahan tabung bambu  dan air  dalam tabung  bambu). Karena hidup itu  rentan, tidak ada yang perlu  disombongkan  dan diangkuhkan. Mari hidup dalam kewajaran.  

JPS,  18  Januari 2022, dicatat  di blog, 19 Januari 2022.

ǝ

Orang  Manggarai seyogyanya  memiliki mentang yang tanggung dalam mengaruungi  kehidupan, apapun tantangannya. Mental andal ini  harus dimiliki dalam segala situasi dan  medan. Mental tangguh ini harus seperti kayu kuat yang  tidak lekang karena panas, tidak lapuk karena dingin, ibarat kayu kuat yang  tumbuh di  bumi Manggarai, "worok eta  golo  toe  gelang  bowok,  pateng wa  wae  toe  gelang  laes (Kayu Worok di  gunung yang tidak cepapt lapuk, Kayu Pateng di air yang tidak mudah  hancur). 

JPS, 16   n 18   Feb. 2022).

ǝ

Orang  Manggarai , terutama   orang  tua  menganut prinsip mbolia di mana  orang  tua, terutama ibu  berkorban habis-habisan demi kebagiaan dan kesuksesan   anak. Sang  Ibu  rela  berkorban  demi menghidupkan  buah hatinya. Itulah makna yang  tekandung dalam permainan  dan nyanyian  menimang  anak ayam kecil yang sakit  saat usia kanak-kanak. Pemilik ayam  berharap ayam kecil yang lagi loyo lunglai  segera  segar sehat agar bisa   bermain dan mencari makan  dengan  riang  gembiran dengan kawanan anak ayam lain dan induknya.  Dalam situasi ini pemilik ayam  memanjakan mantra dalam nada: Mbolia mose anak mata ine (mbolia  hidup anak mati mama) .

VMG   dan  JPS  15 Maret 2022.

ǝ

Orang Manggarai, terutama kaum muda mudi di kampung -kampung sering  terjerat dan terjebak dalam  cinta kilat yang tidak sirna untuk hidup  sejiwa hingga meninggal dalam berumah tangga. Bagaimana tidak, mereka  tidak butuh waktu pacaran yang lama untuk memutuskan hidup bersama selamanya.  Mereka bisa ketemu di tempat pesta, berkenalan sebentar, berdansa bersama  pada malam acara lalu besok paginya  diboyong (wendo) ke rumah laki-laki untuk memulai hidup bersama sebagai sepasang suami istri. Proses perkenalan iitu begitu singkat dan pengampilan untuk keputusan untuk hiidup bersama sebagai suami istri juga berlangsung dalam waktu yang singkat. Ini cnta kilat. Meski proses pacaran singkat, umumnya mereka sangat komitmen dengan  keputusan cinta yang mereka ambil. Mereka berusaha mempertahankan rumah tangga mereka  sampai mati.

VMG - JPS, 15 Juni 2022.

ǝ

 Orang  Manggararai dalam uurusn kematian  binatang  korban persembahan kepada wujud tertinggi disesuaikan dengan jenis kelamin orang yang meninggal. Binatang  persembahan itu misalnya ayam, babi, kerbau, kuda. Bila yang meninggal perempuan maka korban persemabahn saat kematian harus binatang (ayam, babi, kerbau, kuda) betina. Sebaliknya bila laki-laki maka  binatang persembahan yang dipakai adalah  hewan   berjenis kelamin jantan. Bintang ini dipakai saat tudak haeng nai, ancem peti (?), tekang tana  boa(?),   saung taa  / seki telu (pat) / lima) dan   kenduri  (kelas) . 

NB: Baru tahu saat di atanah rantau. Ketika  Tanta Lusia Daem meninggal dunia tahun........  di Ntalung - Coal, Kec. Kuwus, , Kaka Beny mengabarkan  kepada   saya   bahwa  selaku anak rona  kita menacari babi betina (ela mbara / ela mokang)  sebagai hewan  yang dibawa saat  itu. 

Ketika anak  Iming dan Yanto meninggal dunia  pada Selasa 14 Juni 2022, saat berumur  delapan bulan di  Sentul, Bogol, Jawa Barat dan diadakan  acara  kelas pada Minggu, 19  Juni 2022,  saya membawakan tudak sambil memegang ayam betina. 

Lalu ketika ngobrol dalam rangka persiapan  kenduri ( kelas) Ende  Gina, disampaikan bahwa  babi yang dipakai untuk tudak adalahh babi betina (mbara)  sesuai jenis  kelamin orang yang meninggal, yakni perempuan.

JPS, 27 Juni 2022.

ǝ

Orang Manggarai percaya bahwa Kokokan Ayam Jantan  pada saat menerima tamu merupakan tanda baik bagi  tuan rumah / keluarga yang mengadakan suatu event.  Berikut kokokan ayam di Bukit Porong, Desa Wisata  Coal, Kecmatan Kuwus  pada  16 Agustus 2022. 



Video  di atas  diposting oleh Rony Simarno, penggagas dan pegiat Desa Wisata Bukit Porong.

Sumber : WAG

 Orang Manggarai harus kuat, kokoh, andal dalam kehidupan  sebagaimana dirumuskan dalam seloka (go'et): kimpur neho kiwung, neho kimung tuak,  sirang (cirang) neho rimang neho rimang rana.  (teballah bagai  pangkal dahan pohon enau,  seperti kiwung (lapisan) pangkal dahan enau,  kuat  seperti rimang,  bagai ijuk petama pohon enau).

VMG - Kampung Bogor di atas  motr, JPS, 7 September 2022.

Orang  Manggrai  harus pertama -tama   memandang ke langit  (angkasa),  kepada  Roh  alam semesta, lalu kemudian  merunku ke  bumi (tanah).  Jadi manusia harus beoreintasi kepada Yang Ilahi sambil berpijak pada realitas di bumi. Orang  Manggarai harus  belajar dari bambu yang awalnya menengadah ke angkasa kemudia menatap tanah. 

JPS, 12 September 2022.

Orang Manggarai itu menghendaki  dan mengharapkan pengembangbiakan generasi. Harapan ini terungkap dalam seloka adat (go'et)  berikut:  beka agu buar , anak lanar  - wing do,  ras baling rasap, res baling lele. tai' sala  wai', borek sala bosel ( berkembang dan bertambah), anak banyak - keturunan berlimpah,  merengek  di di  kedua sisi tubuh, bermanja dalam gelayutan  gendongan).  Konsep pengembangbiakan keturunan orang Manggarai ini bertentangan dengan konsep selibat dalam Gereja Katolik. 

JPS, 15  September 2022.

ǝ

Orang Manggarai menghendaki hidup yang berkualitas, termasuk secara ekonomi. Maka dalam memilih pasangan perempuan (muda) dan keluarganya harus selektif dalam menentukan pasangan. Calon suami dari perempauan (muda)  diharapkan  laki-laki yang berasal dari keluarga yang berada, termasuk memiliki sawah. Karena sawah dan isinya memberikan kesenagan dan kebahagiaan. Tentang harapan  hal ini, orang Manggarai dengan bagus melukiskan dalam  salah satu nyanyian rakyat, rakyat Landu  : :NGGALE ATA MANGA SAWAN.  "Ame o...nggale, nggale  ata manga sawan e. ...pota mawo (woja) sawa, seang daku nawa, ....saruk tempat nasi, senang daku nai" (PILIH ORANG YANG MEMILIKI SAWAH: "Bapa, pilihlah orang yang ada sawahnya....  ketika  melihat padi di sawah, senanglah hatiku;  ketika  menggeser  tempat nasi  giranglah hatiku." (Inspirasi Landu  NGGALE ATA MANGA SAWAN. (https://www.youtube.com/watch?v=k_aSsKk_OWc).


JPS, 13 Oktober 2022. 

ǝ

Orang Manggarai percaya bahwa  kualitas hidup seseorang, terutama kesehatan tergantung  dari  jenis  golongan darah yang mereka  miliki. Orang Manggarai meyakini bahwa ada 2 jenis golongan darah yakni darah  pahit (pa'it dara/dara pa'it)  dan  darah manis (mince dara). Orang yang darah pahit (pa'it dara/dara pa'it) biasanya  kesehatannya tangguh, berusia panjang. Sebaliknya orang yang darah manis (mince dara)  kesehatannya rawan dan cenderung berusia pendek.  Jenis darah menentukan  nasib (dara weki) seseorang.  Pertanyaannya adalah bagaimana cara mengetahui  kedua jenis  darah  manusia itu? Lihat saja dari kondisi kesehatannya. Bila  seseorang  jarang  sakit maka  ia  termasuk  dalam kelompok orang yang  berdarah pahit (pa'it dara), sebaliknya  bila seseorang sering sakit, ia termasuk orang yang berdarah manis (mince dara). 

VMG 1 - JPS,  19 Oktober 2022.

ǝ

Orang Manggarai percaya bahwa aksi itu penting demi kemajuan hidup.  Aksi  harus diawali dengan langkah kaki. Suapaya langkah kaki apik meraih apa yang didambakan maka  sebelum   melangkah, kaki perlu diberi pembekalan. Proses pembekalan ini dalam Bahasa Manggarai disebut wuat wai'.  Saat wuat wai' keluarga dan sanak saudara serta kerabat berkumpul . Saat itu disampaikan doa dan wejangan. Doa kepada Tuhan dan restu leluhur dan keluarga dimintakan saat itu agar proses aksi yang diimpikan itu bisa berjalan lancar dan sukses. Saat itu persembahan kepada leluhur dan Tuhan disampaikan melalui binatang, terutama ayam  yang  dipagang dan didoakan sebelum dipersembahkan kepada leluhur dan Tuhan. Mengapa pembekalan saat Wat Wa'i perlu dilakukan? Agar orang yang diutus untuk melakukan aksi itu memiliki kesadaran untuk mengembankan misi yang ditugaskan kepadanya. Misi itu misalnya, pergi merantau mencari ilmu pengetahuan di tempat lain. Semua  doa  dan harapan keluarga  disampaikan saat itu.

Jalan Raya Ruko Simphony  - JPS,  9 November 2022.

ǝ

Orang Manggarai  memulai suatu kegiatan dengan terlambat dan mengakhirinya juga dengan terlambat. Apa buktinya? Lihat saja  kegiatan adat, terutama  urusan perkawinan, biasanya dilakukan malam hari bahkan hingga  pagi. Hal ini  tebtu menganggu irama  tidur. Akibatnya orang Manggarai melakukan aktivitas hari berikutnya secara terlambat juga.  (Refleksi di Karawang, Perumahan Kondang Asri, Karwang Timur, saat masuk minta Any - One, Sabtu, 19  November 2022). (JPS, 22 Nov. 2022)

ǝ

Orang Manggarai memulai suatu pembicraan asli dengan mengangkat tuak dan rokok. Apakah kebiasaan ini baik dari sisi kesehatan?  Mungkin bagi kebanyakan orang, minum tuak   baik, tapi belum tentu bagi orang lain. Tuak dan rokok disinyalir bisa merugikan kesehatan. Dalam tuak ada alkohol. Tak jarang orang Manggarai mabuk karena tuak  dan itu bisa menimbulkan perselisihan bahkan  perkelahian karena tuak. Hal ini karena  tuak menguasai  kehidupannya. Ada juga orang yang minum tuak tapi tidak mabuk. Di sini manusia yang menguasai tuak. Sedangkan ada orang lain, terutama yang mabuk, itu berarti dia dikuasai tuak.  Untuk rokok, tentu rokok ada aspek  yang merugikan kesehatannya. Apakah ada aspek positif dari rokok? Mungkin sarana untuk bersosilisasi ya.  (JPS, 22 Nov. 2022)

ǝ

Orang Manggarai, dalam setiap acara adat  setiap  intensi tuturan ada nilai (harganya). Ketika memulai suati intensi, diungkapkan dalam tuak (amplop /uang/rokok). Ini terbukti dalam perbagai tuturan adat, terutama berkaitan dengan  perkawinan. (JPS, 22   dan 23  Nov. 2022).

ǝ

Orang Manggarai memandang ternak  sebagai sarana untuk  membantu hidup manusia karena itu mengharapkan pertumbuhan dan perkembangannya lancar dan sehat serta jauh dari bencana dan hama. Harapan ini terungkap dalam  ungkapan berikut: " Neka mata kina naang, neka bambo kina sakong, neka jejit manuk pening, neka mata kaba agu jarang peang satar, neka kandit japi peang rami (jangan mati babi peliharaan, jangan kena hama babi peliharaan,  jangan mati ayam peliharaan, jangan mati kerbau dan kuda di  padang, jangan tergelincir sapi di padang).  Orang Manggarai meyakini bahwa  ayam merupakan sarana  yang bisa cepat mendatangkan uang. "Neka ngonde pening manuk, air manuk genang pande manga seng," tutur  Kraeng Largus Gagut  di  Karawang/ VMG  Harapan Indah pada  17-18, 19-20  Nov.  2022, saat ngobrol dengnan saya. Dia secsara  tidak langsung mengajari atau mengatakan gal itu kepada  anaknya, Pendik yang hadir menemani ke Jakarta saat menghadiri Wisuda anaknya, pada  No. 2022.  (JPS, 23  Nov. 2022).

ǝ

Senin, 5 Des. 2022 di VMG I Harapan Indah,. Bekasi, Jawa Barat, Indonesia. Saya melihat di dapur. Ada sisa makanan di rice cooker. Harusnya rice cooker itu  bersih, tak usah ada satu  butir nasi yang terbuang. Apa apa kenyataannya. Ada segepok  butiran nasi yang mengendap di dasar rice kooker. Kami orang Manggarai. Elin, Tely dan saya. Kenapa segepok butir nasi itu dibuang? Ini kesalahan managemen, kekeliruan berpikir. Seyognyanya nasi itu tak usah terbuang begitu saja. Masih bisa dikonsumsi. Kami  bukan orang kaya secara ekonomi, tapi orang yang pas-pasan. kenapa yang orang Manggarai tidak bisa hidup hemat. Sudah pas-pasan bahkan miskin, tapi hidupnya boros. Hal yang sama terjadi pada aspek lain, bodoh tapi ngotot (kangkar gangga).  Ini paradoks hidup sebagai orang Manggarai, sudah hidup pas-pasan bahkan miskin tapi  teteap saja  boros.  Bagaimana mengubah pola hidup ini? Mesti belajar bagamana hidup hemat. Juga hidup disiplin.  Harus dilatih mulai dari keluarga dan lembaga pendidikan (dasar hingga perguruan tinggi).  (JPS, 5 Des. 2022). 

Nama bagi orang  Manggarai itu suci, sakral. Nama disyahkan dengan binatang korban, terutama ayam yang dituturkan mantra sebelum dikorbankan. Karena itu nama menjadi magis. Maka nama yang disyahkan dengan adat itu  bersifat suci. Karena itu  nama jangan terlalu disebut secara langsung. Ketika orang itu sudah manikah dan  memiliki anak, maka  akan dipanggil dengan nama bapak (ngasang ame)   daripada  dengan nama yang disyahkan  dengan ayam (ngasang manuk).  (JPS, 26 Des. 2022). 

ǝ

Dalam suatu video di platform Youtube, sekelompok guru  di Manggarai (Manggarai Barat / Manggarai Timur) Flores, NTT berkumpul untuk  membahas Kurikulum Merdeka  dalam perspektif Manggarai.  Mereka mengakangkat lagu-lagu rakyat sebagai  tema kajian. Salah satu lagu yang mereka kaji adalah lagu "Nggejang". Dalam salah satu syair lagu itu dikata" " Ole nggejang, ole Nggejang e, maram rusuk tana ru, neka he, neka hemong ga e" (Wahai Nggejang, walaupun tnah sendiri tandus, janglah dilupakan". Orang Manggarai harus mencintai  kampung halaman, tnah air, meskipun tanda itu tandus. 

JPS, 2 Januari 2023. Terinspirasi dari lagu dalam youtube :   (https://www.youtube.com/watch?v=kIamlYDhShc)

JPS, 2 Januari 2023. 

*****

ǝ

Dalam suatu percakapan  riangan dengan saudara, saya  mendengar  tuturan tentang  proses seseorang melakukan perjalanan  dari suatu tempat  ke tempat lain yang  dilakukan   dengan mental  culas, cuek, malas tahu, tidak tahu malu, muka papan, muka tembok, lari dari tanggung  jawab, termasuk  soal pembayaran biaya  perjalanan.. Orang yang sperti ini, disebut dengan benda mati,  batu (watu).  Bagi orang  Manggarai, yang yang demikian disejajarkan dengan  benda mati. Dia itu mati  meskipun  masih  bernafas.  Percakapan dengan orang yang tidak tahu malu  seperti itu kurang  lebih demikian, " Agu apa hau maim bo?" rei de  ema kamping anak. "Aku agu  oto," wale  de anakn. "Soo bajarn?" rei de eman. "Watu kaut".  " wale de anakn.  ("Dengan apa kamu dari sana tadi?" tanya  ayah kepada anaknya."Saya dengan mobil" jawab anaknya. "Bagaimana dengan pembayarannya?" lanjut ayahnya," Batu saja". Maksudnya cuek atau malas tahu  untuk soal tanggung jawab membayar saja.


Pom Bensin, PERTAMINA Kampung  Bogor, Setia Asih Tarumajaya, Bekasi  dan JPS, 5 Januari 2022, pkl 07.49 - 08.15 am.

*****

ǝ

Orang  Manggarai menyadari bahwa  hidup dan  mati   adalah pemberian atau pengaturan dari Tuhan yang Mahakuasa.  Ini menjadi hukum alam  dan kodrat bagi setiap orang ."Mose agu mata pati neteng ata ".  (Hidu dan mati dibagi kepada setiap orang). Kampung  Bogor, Setia Asih Tarumajaya, Bekasi  dan JPS, 5 Januari 2022, pkl 07.49 - 08.15 am., pkl 07.49 - 09.23  am.

*****

ǝ

"Hidup ini harus dilalui dengan gembira, tertawa dan bergaya. Tertawalah dab bergayalah  selagi hidup karena saat mati belum tentu bisa tertawa . "Tawa kǝsǝp mata,  ombeng reme mose"  , demikian syair  suatu lagu Tawa Kesep Mata (https://www.youtube.com/watch?v=CpFRItiBM4g)

JPS, 5 - 6  Januari 2023. Buka Youtube  Dere : Tawa Kesep Mata pada 5 Januari 2023, lalu  temukan meniulis refleksi  tentang " hiduplah  dengan gembira" , pada  6 Januari 2023.

Orang Manggarai memiliki  budaya menyanyi, baik nyanyian tradisional maupun modern.  Ada    banyak nyanyian tradisional yang didendangkan. Salah satunya adalah  Sanda  Gurung. Melalui Sanda ini orang Manggarai diajarkan tentang  karakter  kehidupan yang seyaigyanya  dianuti  yakni  merawat lingkungan alam dan  menjadi manusia  kaya makna, sebagaimana  bambu (gurung) yang akarnya  kokoh mengikat tanah dan membawa air ke dalam  perut  bumi.  Selain itu  bambu dipakai untuk berbagai  keperluan, misalnya material untuk membuat rumah (atap, tiang, dinding ,  tabung air,  wadah menyimpan dan mengawetkan daging, wadah memasak (membakar) daging,  kayu bakar,  membuat aneka kerajinan seperti keranjang,  bakul, nyiru, bahan  sayur-sayuran, , salah satu perlengkapan caci (koret), dll. Kampung Bogor, Perumahan Aarana, Jln. Bulevard Harapan Indah - Pasar Modern, HI, Bekasi, Minggu, 8 Januari 2023, saat  berada di atas  motor   menuju Gereja St. Albert Harapan Indah Bekasi. Lalu dicatat di JPS, 11 Januari 2023.

Orang Manggarai  suka bergaul, ramah kepada orang lain.  Bila ada tamuyang datang ke rumah, tamu disapa dan bahkan disuguhi muniman dab atau makanan  serta diberikan  tumpangan.   (JPS, 20 Februari  2023)..

Dalam  hubungan denga percintaan,  di kalangan orang muda atau orang tua (janda dan duda), orang Manggarai  cenderung   memprioritas hubungan  personal  biologis dulu  baru kemudia  urusan detail  tata cara norma  pernikahan, baik secara  adat maupun secara  agama. Psangn yang saling jatuh cinta  cenderung tinggal bersama dulu, setelah beberapa waktu baru  mengurus adat dan atau upacara pengesahan secara agama. Kecenderungan  orang Manggarai  untuk kumpul kebo  cukup tinggi.   (JPS, 20 Februari  2023)..

Orang  Manggarai menyakini bahwa kata-kata itu berkuasa . Lihat saja, pada musim tertentu ketika ada binatang Njieng yang  tinggal di Kayu Mera, ketika dipanggi denganNyanyian" Wa wa koe njieng lopo, wa wa koe  Njieng lopo,"  binatang  itu turun mendekati ke sumber suara sehingga  dengan mudah untuk ditangkap  guna dijadikan lauk ketika sudah disangan.  (Gereja St. Albertus HI, JPS, 27 Feb. 2023). 

Orang  Manggarai menekankan kesatatuan  dalam  perbagai lingkup hidup berupa, kampung di dalam, kebun di luar,  compang sebagai mezbah persembahan,  halaman bermain, mata air yang menghjidupkan dan hutan sebagai represebtasi leluhur. ( JPS, 27 Feb. 2023). 

Orang Manggarai menyakini bahwa  untuk  sukses  butuh pengorbanan. Olo lait pait, detak nggera, tela toni dempul wuku itu po ita dia” yang berarti orang harus merasakan pahit dan asinnya hidup dan bekerja sampai punggung terbakar karena panas matahari dan kuku melepu karena mengerjakan tanah barulah seseorang bisa memperoleh kehidupan yang lebih baik. (https://www.suluhdesa.com/budaya/5489233060/ensiklopedi-manggarai-kata-pengantar)   JPS, 22 Juni 2023. 

Orang Manggarai menyakini  bahwa  kebutuhan dasar itu penting, teruatama bahan makanan.  Ukuran kebahagiaan terletak pada ketersediaan bahan-bahan itu.  Bila  bahan - bahan itu tersedia, maka orang  bahagia. Bahan-bahan itu harus tersedia dengan cukup. "Dea paka lepak,  sela  - mesak paka  wedang, ute paka lule agu juek,  wae paka ndaleng,  wua haju paka nggel - nggaur," (Beras harus berlimpah, sorgum harus dijejali, sayur harus bergelimangan, air harus  lestari,  buah-buahan harus  berkelimpahan).  (JPS, 8 Agustus 2023).

Orang  Manggarai memberikan nama kepada sesuatu  berdasarkan  bunyi, misalnya  nama  burung Tekukur,  karena bunyi atau suaranya: Tukukur kur,  Ka  untuk burung Gagak karena  suara atau bunyinya Ka...Ka...Ka....., Kokak  untuk  burung Koak  karena  suaranya Ko...ak.... ko...ak......, Cik  untuk  burung Pipit  karena  bunyinya Cik....Cik....... (JPS, 25 Agustus 2023).

Orang  Manggarai menyadari bahwa   kadang  berpikir lebih mudah  daripada  mewujudkan apa yang dipikirkan. Saat memikirkannya tampak lebih mudah, namun ternyata saat melaksanakannya  ternyata lebih  sulit.  Situasi ini  orang Manggarai tuangkan dalam ungkapan:  "Wulang lelo sale, saru bubung mbaru" (Bulan di  sebelah barat  tampak   menyentuh bubungan rumah). Namun, begitu datang mendekat, ternyata sangat jauh. Cara melihat seperti ini disebut lelo saru (lihat sepintas, memandang dari jauh)  ( VMG  dan JPS, 20 September 2023). 

Orang Manggarai  memandang masalah  sebagai sarana ujian mental  bagi seseorang.  Masalah itu jangan dihindarikarena berguna untuk menguji apakah kita mempunyai mental yang kuat atau labil (sirang ko hembet).  ( VMG I  dan JPS, 22  dan 25 Oktober  2023).  


Orang Manggarai  harusnya  hidup teratur. Hal ini tercermin dari  filosofi  bentuk rumah (mbaru niang / gendang)  dan kebun (uma lodok) yang berbentuk lingkaran. Filosofi ini menunjukkan  manusia Manggarai  hidup  berdampingan  dan saling   tolong  menolong  dalam  hidup. ( VMG I  dan JPS, 9 November  2023).  


Orang Manggarai sangat mengapresiasi dunia mimpi. Bagi orang Mangarai mimpi merupakan pesan jiwa untuk raga.  Mimpi  kaya dengan simbol - simbol yang  perlu diinterpretasi  agar bisa mendapatkan maknanya. Misalnya  mimpi  tentang pohon, tentang binatang itu  menyimbolkan atau melambangkan  manusia.Dalam mimpi, tumbuh-tumbuhan (pohon)  merupakan  simbol (lambang) manusia.  Saya teringat  kisah mama Regina Jenaut (almarhumah)  yang  mengisahkan mimpinya ketika berjuang memanjat pohon . Dia menggendong anak sulungnya  Yustina Jelita.  Dia berusaha menolong Yustina Jelita  agar bisa memanjat pohon itu. Yustina bisa digendongnya  tapi melalui perjuangan  dan kerja  keras yang luar biasa. Yustina berusaha  memanjat pohon itu (sekesuil). Dia bisa memanjat karena dibantu Mama. Lalu anak-anak yang lain juga  bisa. Dari  sekian anak, Suster Sophy , anak kelima berada di bagian paling  atas pohon. Dia memetik daun-daun  pohon itu  lalu memberikannya kepada mama atau kepada  saudara /i yang lainnya.  Kisahnya demikian. Interpretasinya, ternyata  pohon ini  merupakan pahon kehidupan, jalan kehidupan  Ende Gina dan anak-anaknya  dan  rezeki yang mereka terima. 

Mimpi kedua,  mimpi saya.  Saya melihat bahwa  pohon beringin  di kebun kami di Nderu , kampung Wela,  Manggarai  tumbang.  Saat itu Bapa Gaspar  sedang  sakit.  Lalu kemudian  beliau meninggal pada 16 Juli 2023. Ternyata    pohon beringin di kebun itu adalah  adalah simbol  Bapa Gaspar (almarhum). 

Mimpi ketiga . Pada Juli 2021  saya bermimpi.  Saya  berada di suatu tempat. Saya menebang pohon Nteer. Pohon  itu  yang sudah mati  Pohon itu sudah  tidak punya cabang.  Pohon itu tersisa bantangnya. tapi masih berdiri.  Kayu itu masih  kuat  meski sudah kering. Tingginya  hampit setinggi saya. Bagian atas kayu itu  sudah  keropos berwarna keabu-abuan.  Sedangkan batang pohon  Nteer itu  kulitnya  berwarna loreng. Pohon itu   saya potong. Proses pemotongannya  sudah  mencapai  tiga per empat.  Saya  yang memotong pohon mati itu (sososk dalam Bahasa Manggarai).  Namun pohon itu tetap berdiri.   Lalu saya meninggalkan  pohon itu. Saya  pergi  jauh ke arah Barat . Seperti saya  melihat pohon itu  dari jauh  Seperti   melihat pohon itu dari  wilayah Kali Malang di Cikrang.  Saya membayangkan bahwa daun pohon yang  jatuh itu sampai  di  (Pasir Bersih /  Ppasir Konci)   Kalimalang Cikarang . Lalu   saya  tiba - tiba berada di Cancar. Saya  ketemu  dengan  saudara sepupu saya  Hendrik  Aron.   Interprestasi: Mimpi kayu  mati itu ternyata  simbol mama Regina Jenaut . Saat itu  mama sedang sakit  berat. Mama meninggal  dunia pada 2 Agustus 2021.   Kayu itu   menrupakan simbol mama Regina.  Bagian yang lapuk kayu itu  menyimbolkan   mama yang  menderita kerusakan  otak. Mama Regina    yang menderita stroke.  Kemudian, beberapa  bulan setelah itu mertuanya  Hendrikus Aron di Cancar, yakni Bapak Hendrikus Agas (Guru Rikus)  meninggal  dunia  beberapa  bulan setelah Mama  Regina meninggal dunia. 

Mimpi keempat. Saya  berada di kebun di Wela  yakni  Mbarang. Ada pohon Ara di situ.  Pohon ara titu telah tumbang  mungkin karena  angin  dan  masih ada sisa setir 5 - 10 meter  dari  tnah. Ada serat -serat kayu ara yang berwarna  putih  dan sedang meranggas seperti  jarum.  Saya  sepertinya  memegang   parang  untuk memotong  pohon itu. Parang  itu milik kakak laki-laki sulung, yakni Beny Jelami.  Kayu Ara itu  berdri di perbatasan  dan  rupanya  itu milik Stefanus Gau. Stefanus Gau meninggal dunia  pada  15 Maraet 2023. 


Mimpi kelima, mimpinya Apolo  dari Lidang, Kec. Wae Rii.

Pada 2021 (?) Apolo bermimpi. Ia memegang sensor lalu memotong  pohon Kapuk   di kebun mereka di Roga, Lidang, Kecamatan Wae Rii.  Pohon Kapuk itu tumbang  dan hampir menimpa pamannya. Melihat hal itu   kakeknya (Lopo Yan)  sangat marah kepadanya. Lalu  Apolo terjaga. 

Apolo berpikir bahwa mimpi ini tidak  baik. Lalu  dia  menelepon   orang  tuanya di kampung  untuk menceriterakan  mimpi ini, lalu dicarilah solusi agar tidak mendatangkan efek buruk untuk keluarga. Mereka  melakukan upacara  rekonsiliasi  dengan   dengan roh alam di kebun Roga. Mereka membawa dan mempersembahkan telur  sebagai tanda permohonan maaf mereka  sekaligus memulihkan hubungan yang sempat retak.

Dalam  dunia nyata, ternyata keluarga Apolo  memang telah memotong kayu Munting di Roga   untuk  dijadikan balok rumah.  Pemotongan dilakukan dengan mesin  sensor. Urat-urat kayu semuanya  telah putus.  Tetapi ada sesuatu yang aneh bahwa  kayu Munting itu tidak  tumbang  juga.  Kejadian ini menjadi bahan pembicaraan orang di kampung Lidang. Banyak orang datang ke tempat itu.  Bagaimana cara supaya  kayu munting ini tumbang (?)  (Tolong tanyakan kepada  Apolo). Di samping  kayu Munting  itu ada  kayu  Kapuk . Kayu /pohon   Kapuk itu yang dipotong Apolo dalam mimpinya.  


Beberapa  waktu  kemudian Apolo mendpat kecelakaan kerja di Jakarta. kakinya  remuk  dilindas Forklif . Kecelakan ini tergolong  sangat berat. luka  parah menganga di salah satu kaki Apolo . Dia istirahat  kerja  berbulan - bulan untuk  berobat.  Untung perusahan membantu  biaya pengobatan. Meski demikian,  ternyata   tidak kunjung sembuh. Malah luka itu  menghasilkan belatung. Pihak kesehatan tampaknya  tidak maksimal  merawat luka Apolo, mungkin karena  menggunakan  fasilitas BPJS.  Para petugas  medis  tidak membersihkannya secara baik. Otot k yang  sudah  rusak  tambat  bergelantung.   Tapi   petugas medis  tidak  berupaya  membuang atau  mencabut  otot yang  rusak itu.  Apolo stress. Selain karena  lukanya tidak  kunjung sembuh, ia  juga   kesepian ketika teman-teman kos pergi  kerja, dia sendirian di rumah, tak ada yang  membantunya  dan dijadikan  mintra bicara. Lalu  teman -teman kost mengajukan ke perusahannya agar  ada orang yang  mau menemani Apolo di kost  suapaya  tidak sendirian. Apolo  memang ada  mitra bicara   namun kakinya   belum sembuh - sembuh  juga.  Akhirnya Ones, salah satu teman kosnya menganjurkan  Apolo untuk pulang kampung, ke Lidang, Wae Rii - Manggarai.  Kebetulan saat itu ada mobil  keluarga yang mau diantar ke Manggarai dari Jakarta.  Apolo dan Ones (keluarganya Ones) pulang bersama mobil itu  ke Manggarai. Di Lidang, kakeknya  Apolo dari pihak  bapa sedang menderita  sakit. Dia mengharapkan Apolo  datang  mengunjunginya.  Maka  Apolo mau menggunakan momen ini  untuk  untuk berbagai intensi termasuk mengunjungi kakeknya dan juga  menyrmbuhkan luka kakinya.  Mereka menuju ke Surabaya lalu dengan  kapal cepat menuju Labuan Bajo.  Ketika hampir tiba di Labuan Bajo, ada badai besar di laut. Kapal terombang ambing, Namun syukur  mereka  tiba dengan selamat di Labuan Bajo.  Saat mau turun dari kapal, ban mobil kempes sehingga  harus ke bengkel. Tapi tiba-tiba ban mobil itu  kembali normal.   Apolo  nginap semalam di Labuan Bajo.  Lalu   lalu menju ke Wol Lembor  dan tidur  di sana semalam.  Keesokannya  baru menuju ke Lidang. Saat  tiba di Lidang,  beberapa  jam kemudian, Apolo  mendapat kabar bahwa kakeknya meninggal.  Lalu dia melayat ke rumah kakeknya sekaligus  memohon maaf  atas kekeliruan karena  tidak  cepat datang mengunjungi kakeknya. 

Selesai   mengurus  kakek yang meninggal,   Selanjutnya  Apolo  fokus mengurus pengobatan kakinya. Dia mecoba pengobatan alternatif  di kampung. Ada banyak orang yang dimintai bantuan namun  tidak kunjung sembuh juga. Lalu  pengobatan secara medis juga dilakukan. Apolo  tinggal di Taga, di Langgo sambil mengobati  kakinya ke petohas medis.  Tapi sepertinya  tidak ada perubahan yang berarti. Apolo  dan Ibunya  mendatangi seorng nenek di kampung Lidang. Mereka serahkan  pengobatan  kakinya kepada  nenek itu.  Ibu  itu  tidak  segera menyanggupinya.  Namun, dia  coba membantu.  Dia memanjatkan mantra pada air. "Kalau ada mimpi,  silahkan dikisahkan. " kata nenek itu. 

Pada suatu  waktu, Apolo bermimpi. Dalam kondisi pincang dia menagkap katak besar di di Swang ke kebun mereka di Roga . . Dia mengamati  katak jumbo itu. Begitu  dilihatnya   bagian perutnya tampak  keputihan seperti  luka kaki yang dideritanya.  Apolo kaget. Dia melihat gambaran  kakinya  yang terluka pada katak itu. Akhirnya  dia melepasakannya. Lalu  dia tersadar. 

Mimpi ini  dia  kisahkan kepada nenek yang mengobatinya. Lalu nenek itu mengajurkan untuk  melakukan rekonsiliasi . Menurut nenek ini, ada  makhluk hidup lain yang menjadi korban dari penebngan pohon  Munting yang mereka lakukan di Roga beberapa  waktu lalu, termasuk katak. Karena itu, perlu memulihkan hubungan, menyembuhkan luka sesama makhluk  atau roh alam   sehingga  kita sendiri (Apolo) juga sembuh. Dia  meminta  mencari telur  dari ayam  yang baru pertama kali   bertelur (ruha rana dalam Bahasa Manggarai)  dan  mencari ayam  3 warna  untuk dipersembahkan di kebun tempat mereka menensor kayu Munting beberapa waktu yang lalu.  

Ternyata mencari material ini  tidak mudah. Tapi pada akhirnya dapat  juga. Telur perdana dari ayam yang beru bertelur di dapat di  Langgo. Ketika Mamanya Apolo ke sana, tiba -tiba ayam  berkokor  untuk bertlur lalu  dia memintanya.  Lalu ayam  bulu tiga warna dapat juga.  Lalu dibawakanlah persembahan itu di kebun Roga.  Dalam perjalanan pergi dan  pulang usahakan  jangan  sampai ditegur  orang. Puji Tuhan persyaratan itu  dipenuhi. Lalu diadakanlah  upacara rekonsiliasi  dengan roh makhluk lain  atau semssta di Roga.  Apolo sendiri merasa bahwa perkembangannya  kakinya membaik. 


Lalu suatu  waktu  dia  bermimpi. Dia menjada  tnaman padi di Sawah di Roga. Dia melihat  ada burung pipit  dan  ayam . Dia  mengambil batu  untuk melempari  burung dan ayam.  Tetapi kemudian burung pipit dan ayam itu  berubah  menjadi manusia  dan mengancam balik  Apolo. Apolo terkejut. Apolo melihat kaki mereka luka seperti kakinya. Lalu mereka berbicara. "Ambil daun legi untk mengobati lukamu"  suara mereka sambil mempraktekkan  mengambil daun itu lalu  menyunyahnya kemudia diltakkan di luka itu. Lalu  Apolo tersadar.  Ketika pagi  tiba  dia melaksanakan apa yang  ditunjukkan dalam mimpi.  Dia memetik daun Legi lalu menyunyahnya lalu  meletakkannya di lukanya.  Sejak saat itu perkembangan kaki Apolo semakin membaik. Dia sudah  menapak. Sebelumnya  dia susah menapak. Sekarang  dia  sudah menapak. Dia terus berjuang. Akhirnya  dia  sembuh. Luka pada kakinya yang terbuka itu  akhirnya   tertutup oleh otot - otot yang  tumbuh baru.  Lalu Apolo  kembali ke Jakarta  dan sekarang  sudah  bisa  bekerja  lagi di tempat yang sama. 


Kisah tentang  penebangan pohon  dari wilayah lain:

Di Golo Kaca, Terang, Bapanya Ones   memotong Kayu dengan sensor. Urat - urat  kayu  sudah putus.  Tapi anehnya pohon itu belum tumbang juga. Ada yang berkeyakinan bahwa  pohon itu ada penjaganya. Setelah itu  Bapanya Ones menderita sakit. Dibawa ke RS tapi tidak kunjung sembuh. Lalu ada keluarga yang mengajurkan agar mencari  dukun dan dianjurkan ke Wol, Wetik. Mamanya Ones pergi. Sampai di Noa  ketemu dengan dukun yang dimaksud. Dukun itu  pedagang ikan. Lalu mereka putuskan ke Golo Kaca Terang   sambil membawa  dengan dagangannya.   Sampai di sana, dia meminta  untuk  dicarikan ayam berbulu  tiga. Ayam itu ada di kampung itu. Keluarga  mencarinya  dan meangkapnya. Ketika ayam itu  lari dengan cara  terbang, keluarga meangkapnya.  Ayah itu dijadikan  hewan persembahan dalam  upacara  menghormati  roh alam . Setelah  upacara itu dilakukan, pohon dipotong itu  bisa  tumbang   dan  kesehatan dari Bapanya Ones semakin  membaik. 

Itu beberapa  kisah dan  berkaitan dengan pohon dan binatang   dalam dunia  nyata  yang  hadir dalam  dunia  mimpi. 

Kisah ini dituturkan oleh Apolo  asal  Lidang Kecamatan Wae Rii, Kabupaten Manggarai, yang merantau ke Jakarta; dan juga  oleh Ones, dari Golo Kaca Terang, Boleng  , yang merantau ke Jakarta   pada Sabtu dan Minggu, 18 - 19  November 2023 di kos atau kontakan mereka  di  Mangga Bear IX / Taman Sari,   dekat Pasar Pecah Kulit  Mangga Besar, Jakarta.    Kemudian   saya   ketik di JPS,  20 November 2023. 







 

_______


Orang Manggarai  mengajarkan agar  orang perlu tahu  membalas  budi, terutama  anak-anak harus  bisa  membalas jasa orang  tua. Kalau  ananda mendapat  keberuntungan, ingatlah ibunda (eme haeng dlek he anak e  nuk koe endem e), kalau ananda mendapatkan katak, ingatlah  ayahhandamu (eme  haeng  pakeh e anak e, nuk  koe amem e). 

JPS, 4 Desember 2023. 


Untuk orang tertentu yang memiliki bakat "baca koran", ada  istilah "di mana 3 - 4 orang Manggarai berkumpul   di situ wajib "baca koran ". " Baca koran : adalah eufemisme  orang Manggarai untuk permainan judi, terutama judi kartu.  (JPS,  26 Januari 2024). Terinspirasi dari postingan Kraeng Lexiores di WAG _ IKAMASI

[10.37, 26/1/2024] +62 853-1996-0303 (Lexiores): nuk kin kole istilah manggarai..di mana ada 3,4 orang kumpul pasti di situ wajib baca koran..nahhh ini kusus yg hobby aja. 


Orang Manggarai kadang serakah , termasuk  terhadap alam. Lihat saja hujan Manggarai yang semakin menipis karena  dirambah untuk  kepentingan ekonomi.   (JPS, 31 Jan. 2024). 


Orang Manggarai memandang penting Rumah adat, Mbaru Gendang (Tembong) mengapa Mbaru Gendang (tembong)?Karena Mbaru Gendang (tembong)   memberrikan kehangatan, "tembong dirit keso sa tura lelleng." (sumbervrefleksi Danda Sa Tura Leleng, Sanda Gendang Mbero Anam, di Youtube,  - JPS, 13 Feb. 2024,   Perumahan River view , Sawangan  Bogor, 14 Feb. 2024, JPS 15 Feb. 2024).


Leluhur  Manggarai mengajarkan bahwa darah manuisa dikelompok dalam dua bagian, yakni darah  yang rentan dan tangguh terhadap penyakit.  Orang  yang  rentan dengn sakit   disebut  mince  dara (darah manis). sedangkan  orang yang tangguh, memiliki kesehatan yang baik disebut  pait dara (darah pahit). Orang yang tangguh mentalnya (pa'it - pa'it nai) biasanya memiliki mental  dan kesehatan  yang baik (pait dara).   (VMG 1, Kamar mandi , saat mandi pagi sekitar pkl 07.45 am  dan JPS, 26 Feb. 2024). 


Oramg Manggari meyakini bahwa   hidup di dunia ini bersifat sementara, lalu akan dilanjutakan setelah kematian. Ada dunia lain setelah kematian. Bagi orang  Manggarai, kematian tidak menghilangkan  kehdiupan.  Untuk orang Manggarai,  kehidupan itu tidak hilang hanya karena kematian dan  karena diburkan  ( Latang ata Manggarai, mose hitu toe mora ali le rowa  agu  le boak ) 

(Kobtbah Rm. Yosef Karus, imam projo Keuskupan Ruteng, (https://www.youtube.com/watch?v=Gxaj3oUhUoQ) ------ menit   3:48 -49)

 Tahapan rangkaian  kematian:  lonto walu puung one mai adak manuk welang wie, tekang tana rampi boa, ela haeng nai, poe woja agu latung, ancem peti , adak saung ta'a agu kèlas ( paka dia)

JPS, 29 Februari 2024. 


Orang Manggarai mengenal proses atau tahapan kehidupan.  Ini  bisa disimak dalam  lagu: Do re mi ta'ang  nggepit, mifa sol, bang lawo, la si  do haeng ko, do si la, tapas ga, la sol fa, hangs ga,  mi re do kali minakn o . (Do re mi, pasang jerat (nggepit), mi fa sol,  menjerat tikus, la so do,  tikus terperangkat,  do si la  membakar tikus,  la sol fa  mari makan,  mi re  do oh ternyata enak sekali). 

JPS, 14 Maret 2024.