1 . Wae Bate Teku:
- Thales n
Empedocles
"Air untuk orang Manggarai adalah manusia (ata)".
Air, sifatnya selalu mau mengalir, berjalan, mencari jalan keluar dari suatu tempat ke tempat lain sejauh memungkinkan. Dengan ini orang Manggarai selalu disadarkan untuk terus berubah,mengalir,mencari solusi atas berbagai persoalan hidup yang dialami. (11 Jan. 2014).
Air, sifatnya selalu mau mengalir, berjalan, mencari jalan keluar dari suatu tempat ke tempat lain sejauh memungkinkan. Dengan ini orang Manggarai selalu disadarkan untuk terus berubah,mengalir,mencari solusi atas berbagai persoalan hidup yang dialami. (11 Jan. 2014).
Air (wae) menjadi unsur
kosmos yang sangat
penting bagi orang Manggarai.
Tiada air tiada kehidupan. Menyadari betapa
pentingnya air, orang Manggarai pada pesta adat
penti mengadakan persembahan di
mata air. Mengadakan persembahan di mata air pada pesta adat penti
disebut Barong Wae. Air menjadi
salah stu dari 5
komponen budaya Manggarai. Semua orang Manggarai
butuh air, termasuk para
nenek moyang. Nenek moyang
masyarakat asli Manggarai, Homo Florensiensis (Fobit
/ manusia Flores / pendek) mereka
membutuhkan air. Demikian juga
nenek moyang yang
datang dari luar
Flores ( Eropoid, Mongoloid, Melayu , Negroid, Sumatra, Sulawesi,
Sumba). Mereka tiba di Manggarai melalui
laut (air). Tanpa air (laut)
sulit dibayangkan mereka
bias tiba di Manggarai. Nenek orang suku
Ngkuleng (Lambaleda dan
Cibal) datang melalui
laut, mendarat di
pantai Nangarawa – Borong /
Kota Komba. Nenek moyang
suku Todo, Masyur dating melalui
laut (air) , tiba
di Werloka,Labuan Bajo. Nenek moyang suku Kempo,
datang dari Sumba
melalui laut, mendarat
di pantai Nisar, Lembor. Nenek moyang
suku Ndoso dan
Ruis -Loce, Jou, datang
dari Minangkabau melaui laut,
tiba di Reo. Demikian juga nenek
moyang suku – suku lainnya.
Air menjadi
komponen yang tak
terpisahkan dari kehidupan orang
Manggarai, termasuk para
leluhur suku. Ada banyak kisah yang bisa
digali yang menunjukkan bahwa
unsur air dalam kehidupan nenek
moyang memegang peanan
penting. Beberapa kisah itu
adalah:
1. Suku Maras
Welo di Wela, Sano / Goloworok,
Maras, Senda,Lewur dan Sama.Uku
maras memiliki totem
/ tabu (seki) berupa katak.
Konon, sang nenek
moyang melakukan perjalan jauh
ke suatu tempat. Dia
membawa bekanmakanan hanya
tak membawa air. Orang
Manggarai tempo dulu
tak mimiliki kebiasaan
membawa air saat bepergian. Tiba di suatu
tempat, leluhur ini
lapar dan makan
bekal yang dibawanya.
Dia makan tanpa
minum air. Dia tersedak.
Di dekat situ dia
mendengar bunyi katak. Dia minta bantuan
katak itu. “Katak tolonglah
saya. Berikan aku air. Aku
tersedak.Bila engkau memberikan
aku air, aku
dan keturunanku tidak akan
memakanmu sampai selama-lamanya,”
demikian permintaan leluhur
ini sambil disertai sumpah janji. Tiba-tiba,… keluar
air. Dia minum. Selamatlah dia
dari kesedakannya. Sebagai ucapan terimakasihnya sejak
saat itu dia
dan keturunannya berjanji
tidak makan katak.
2. Poco Kuwus
dan Golo / Watu Umpu (Welak). Poco
Kuwus memiliki adik. Suatu hari
mereka sepakat untuk berpisah. Sang adik
minta pamit kepada
kakak serta memohon restu
bagi tempat benuming baru.
Dia berjalan lalu
berhenti. Dia berhenti di Lasang,
Ker, Ranggu, Berangnangis, dll. Dia
selalu mengkonfirmasikan kepada
kakaknya perihal tempat
yang dia datangi. Dia
selalu mendapat jawaban tidak
dari kakak terhadap
tempat-tempat itu. Setiapkali dia meninggalkan tempat
itu, dia meninggalkan bekas,
yakni mata air.
Dia akhirnya tiba di watu / golo
Umpu.Dia menetap di situ karena
tak mendengar suara sang kakak,Poco Kuwus. Dia
mengambil keputusan untuk tinggal
di situ karena
menurut dia,kakak diam. Diam
berarti setuju bahwa
dia tinggal
di situ. Jadilah dia menetap
di Umpu. Tempat itu menjadi Watu /Golo Umpu. Di sekitar situ
ada dataran persawahan dan air
membual dari buku / watu
umpu, menghidupkan tumbuhan
dan tanaman serta
binatang sekitar.
3 . Orang
Manggarai menggunakan air untuk
membersihakan kampung dan diri
warga. Dalam acara syukuran penti
atau selamatan kampung “sebong golo” ,
material silih simbol kejahatan
warga kampong - dihanyutkan di
sungai.
4 . Nggerang:
pongkor rangat : 8 mata wae -
Ndoso.; Awang: Ipung (Ikang)
5 . Rueng
- Rana
Ka (danau yang dikunjungi Gagak / hitam)
6 . Hendang
– Pake
7 . Ikan Marang : - Narang
8 . Bengewuk: sebong
one wae
9 . Watu Pau’ng:
tegi usang
- - Nunduk Waja agu Empo data Golo Ronggot:
- - Nunduk Waja agu Empo data Golo Ronggot:
1 0. Nipi manga
one wae: teku wae,
limbang wae…………; wae bersih atau kotor?
11. Jou and
4 ekor anjing di Wae Ncuring,
Ndoso
http://sailkomodo2013.nttprov.go.id/index.php/destinasi/2012-12-10-05-53-40/manggarai/169-mata-air-panas-dan-gas-alam-ulumbu
Mata Air Panas dan Gas Alam Ulumbu
- Dibuat pada Kamis, 03 Januari 2013 02:16
Sumber
mata air panas dan gas alam terbesar di NTT, di Desa Wewo Kecamatan
Satar Mese yang dipercaya bisa dimanfaatkan untuk terapi kesehatan untuk
mengatasi penyakit kulit. Tepat berada di tengah kawasan hutan lindung,
Ulumbu dijadikan sumber pembangkit tenaga listrik (tenaga gas bumi /
Geothermal), anda dapat menyaksikan kepulan asap putih pada banyak
titik, air mendidih yang berlumpur dengan belerang kekuning-kuningan
bahkan merasakan langsung sengatan air dan bebatuan panas.
Kegiatan yang bisa dilakukan: Tempat yang cocok untuk mandi /mengobati penyakit kulit dan camping ground.
Transportasi:
Perjalanan mencapai Ulumbu sekitar 23 km dari Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai, menanjaki punggung gunung Golo Lusang hingga tiba di Ulumbu. Menggunakan kendaraan roda 2 atau 4 memakan waktu 1 jam.
Perjalanan mencapai Ulumbu sekitar 23 km dari Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai, menanjaki punggung gunung Golo Lusang hingga tiba di Ulumbu. Menggunakan kendaraan roda 2 atau 4 memakan waktu 1 jam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar