Jumat, 03 Januari 2014

Heraklitus dan Relevansinya dalam Kosmologi Manggarai

 

4.     Api – Heraklitus
Api merupakan salah  satu  elemen   penting  bagi  manusia, termasuk   orang  Manggarai. Kisah-kisah  kuno  yang menunjukkan  pentingnya  api  bagi  mansia  Manggarai  adalah:
1.      Sejarah  terjadinya  api.  Manusia kuno membuat  api  dari  bambu.  Bambu  dibelah lalu  digesekkan satu  sama  lain. Penggesekan  itu menghasilkan  panas  lalu  menimbulkan  api.  Api  hasil gesekan  ini sisebut api  soseng. Selain  bamboo,  material  lain  yang  dipakai  untuk menghasilkan  api  adalah  batu. Di tempat tertentu (kali / pantai) , biasanya  ada  ada  batu  yang  bila  digesekkan  satu  sama  lain  bisa  menimbulkan  api. Batu  ini  dalam  bahasa  Manggarai  disebut  watu  lancing. Ada  goet (ungkapan)   kacik  watu lancing  te  pande  api.
2.     Nenek  moyang  suku  Todo – Masyur -  dikisahkan  sudah  memiliki  kepandian untuk  membuat  api. Suku-suka  lain di  Manggarai dating   mendekat  ke  Todo  karena  orang  Todo  sudah memiliki keahlian  ini.  Cahaya  api di  bukit  pada  malam  hari membuat  suku  lain yang  belum  mengenal  api  berdecak  kagum  dan  penasaran  lalu  dating   mendekat, bergabung  dengan  orang  Todo. Dengan  itu Todo  perlahan-lahan berkembang menjadi  sebuah  kerajaan  yang  memiliki  pengikut  yang  banyak  di  Manggarai  hingga   bergerak: Dalu  sempulu telu, gelarang  sempulu sa (13  dalu, 11  gelarang).  Mukjizat  api  mempertemukan  nenek  moyang  suku  lain, termasuk  suku  Maras  Welo  - Buntu  Jene -  yang dalam  perjalanannya  dari  kawasan  Berit  Pacar  masuk  ke  pedalaman  Manggarai  hingga  tiba  di Bangka  Wela (dekat  kampong  Wela, Goloworok, kecamatan  Ruteng). Dari Bangka  Wela  dia  memandang ke  depan, ke  arah  Timur. Dia  melihat  ada  asap  api. Dia  berjalan  menuju  asap  api  itu. Dia  tiba  di kawasan  dekat  Bangka  Wela. Di situ  Buntu  Jene  menemui  manusia  lain. Mereka  berinteraksi  satu   sama  lain.Kawin  dan  dikawinkan  hingga  berkembang dan  menyebar  ke  berbagai  daerah  seperti  Wela,  Sano (Goloworok), Maras,  Senda, Lewur, Sama). Demikian  Jou -  salah  satu pahlawan perang  orang  Ndoso. Di  Wae  Giro, dia   memandang ke  arah  Ndoso, dia menemukan  asa  api. Dia  mencari. Ternyata pemilik  asap  api itu adalah  Ngkileng. Keduanya  kini  dikenal sebagai  nenek moyang  orang  Ndoso.
3.     Rueng (suku  Kuleng).  Rueng  ini  suku  orang  Kuleng /Ngkuleng – Lambaleda  dan  orang  Cibal. Dikisahkan  bahwa  di  Gunung  Ranaka  hidup  seorang pemuda. Dia  membuka  kebun di sebuah danau (Rana). Danau  itu  sering dikunjungi burung Gagak (Ka).  Di kebunnya  itu  banyak sekali jenis  tanaman, seperti  mentimun, kestela, advokat, padi, melon,  ubi –ubian. Warna, aroma dan  khasiat  tanaman  ini sangat  menggoda, termasuk  burung  gagak.Mereka datang bertandang ke  kebun itu.Mereka  mengambilnya mentimun yang lagi ranum (Timung Te’).  Mentimun bila lagi  masak  berwarna   putih kekunung-kuningan. Indah dipandang. Menggoda mata, memikat   hati.  Burung  gagak ini terpesona oleh keindahan  timung te’.  Mereka  mengambilnya. Sang  jejaka pemilik  kebun mengamatinya. Ada pemandangan yang menakjubkan.  Burung gagak  berubah  rupa  menjadi gadis  rupawan. Ketika  memasuki  kebun,mereka  melepaskan  parasut keburungan lalu  menyembunyikan di dalam  kulit  kayu. Sore  hari  kawanan  burung  gagak  ini mengenakan  kembali   parasut lalu terbang  kembali  ke  langit. Mereka  berasal  dari  atas, dari  langit. Sang  pemuda merenung. Baik  kalau  dia  bisa  mendapatkan gadis  cantik yang datang  mencari  makan di kebun kesayangannya. Boleh juga. Itu bisa  sebagai  balas  jasa  ata  perilaku  mereka  mengambil  mengambil  buah-buahan di  kebunnya. Tapi  bagaimana  caranya?. Dia  berpikir  keras. Dia pada  akhirnya  menemukan  trik.”Saya  harus  mengintip di mana  mereka  menyembunyikan parasut. Saya  akan  mengambil  salah  satu  parasut  itu lalu  saya  simpan  di  rumah, di bawah  tungku  api, karena  dunia   dewa – dewi  biasanya  takut  akan  api  dan  asapnya”  pikirnya. Dia  melakukan  gagasan  briliannya. Di  suatu  hari yang cerah dia  sembunyi mengintai  kawanan  burung  gagak  yang  datang mencuri  buah-buahan di  kebunnya. Saat  mereka  sedang  asyik  menikmati  makanan itu, dia keluar  dari  persembunyian  mengambil salah  satu  parasut  yang  disimpan  gagak  dikulit  kayu. Dia  membaya pulang  ke  rumah lalu  menyimpannya  di bawah  tungku  api.  Lalu  menjelang  sore dia kembali  ke  kebun. Dia mengamati kebunnya. Kawanan Gagak terbang  kembali ke  angkasa. Hanya, ada seorang yang tetap di situ. Dia  gadis yang sangat sangat  cantik . Gadis  itu sedang  mencari sesuatu.  Sang  jejaka datang  menghampirinya. Sang  jejaka pura-pura tak tahu menahu  mengapa  dia  ada  di  situ. Mereka  berdialog. Mereka  mengagumi  dan jatuh  cinta  satu  sama    lain. Hati  mereka klop  dan  klik satu  sama  lain  bagaikan  botol  dan  tutupannya.  Mereka  sepakat  untuk kawin. Jadilah  mereka  sebagai  suami  istri.  Perkawinan  mereka menghasilkan seorang gadis  yang sangat  cantik. Bibit  bobot  bebet  unggul   menghasilkan  keturunan  yang  unggul  pula.  Anak  perempuan  ini dinamai  Rueng. Suatu   hari sang  ibu mau membersihkan  dapur. Dia menemukan  parasutnya. Tatkala  dia  menemukannya, dia  memakainya   dan  kembali  menjadi  gagak. Dia  terbang  kembali  ke  angkasa,  dunia  atas,  langit.  Rueng  bertumbuh  dewasa. Dia  menikah   lalu  melahirkan  keturunan  suku  Kuleng  Lamba  Leda, Manggarai  Timur.
4.     Api dalam Kisah  orang buta  dan orang  lumpuh dengan  seekor  anjing. Di  sebuah kampung, hiduplah sejumlah warga dan  binatang  anjing. Suatu  hari warga  yang  sehat  pergi  bekerja  di  kebun. Tinggallah dua nenak catat,  seorang nenek  buta  dan seorang   lumpuh  serta  seekor anjing menemani  mereka. Nenek buta  punya  api. Nenek  lumpuh tak  punya  api. Nenek  lumpuh minta  api  kepada  nenek  buta. Tapi  ada  masalah. Bagaimana  mengantarkan  api  ini  karena  keduanya  cacat. Mereka berpikir lalu  sepakat  untuk mengirimnya dengan bantuan  anjing, yakni diikatkan  pada ekor   anjing. Nenek  lumpuh  memanggil  anjing  untuk  datang  ke hadapannya.   Sayang, api  ini membakar  anjing, hingga  anjing meronta  kepanasan lalu  lari   tunggang  langgang  lintang pukang memberontak  dalam  rangka menghilangkan pedih perihnya. Dalam suasana  seperti itu, tiba tiba  muncul  seorang tua  yang  berjenggot, sangat berwibawa. “Silahkan pilih,  bara  api (kar)   atau  bubur  (mbelek). “Mbelek (bubur)”, jawab  mereka.  Serentak  terjadilah lahar  bubur panas   menengelamkan  kampung  itu  dan  penghuninya. Dari  situ  muncul  air  panas yang bergemuruh  dasyat. Itulah kisah  awal  terjadinya  Panas  bumi  Ulumbu, di Kecamatan Satar  Mese, Manggarai  (Selatan).
5.     Api  sengiang: Api jadi-jadian  yang  disihir  orang  untuk mengancam  orang  lain  dalam  situasi perang / permusuhan. Api  sengiang  dipakai  untuk membakar  rumah / pondok /kampong.
6.     Api  ja /londe :   api   bercahaya yang   terbang  di langit  pada  malam  hari  yang   terbang  dari  suatu  tempat  ke  tempat  lain, misalnya  kubur  atau  rumah   orang yang  akan  meninggal.  Api  ja ini tanda alam  untuk orang  manggarai  bahwa akan  ada   orang  yang meninggal  dalam waktu  dekat. Api ja  diyakini    jiwa  orang  yang  sedang  mengembara / berkelana.
7.     Wera: cahaya  api  yang  berjalan  menuju  kuburan. Ini diyakini perpindahan  jiwa  orang yang akan  meninggal  dari beo (kampong  orang  hidup)  menuju  boa (kampong  orang  mati).
8.      Api ja atau wera adalah  roh yang tampaknya  seperti api obor  berwarna merah  kebiru-biruan, yang bergerak, berjalan menuju suatu tempat di kampung, misalnya di pekuburan   atau  juga tempat  lain. Api  ja  atau  wera  terjadi  pada  malam  hari.  
9.      Londe adalah  sejenis roh berupa api  terbang  berbentuk  mirip  layang-layang. Londe  terbang  menuju suatu  tempat, misalnya  kampong  atau pekuburan atau halaman rumah orang yang akan meninggal.  Londe  ada  yang jantan dan  ada  juga yang  betina. Londe  jantan rupanya seperti ular emas / layang-layang Londe  betina rupa depannya seperti bola di belakangnya mengerucut membentuk piramida. Londe adalah roh berupa bola api yang bercahaya yang terbang melintasi kampong / pekuburan  menuju  suatu kampong / rumah yang  pada malam  atau  pagi  hari  yang mau mengabarkan bahkan akan  ada  orang yang  meninggal dunia (8-9, www.mediaonline.com).
10. Api  dipakai saat membakar  kemenyan /  cendana  ukupan  dalam  rangka mengusir  roh  jahat yang  datang  mengganggu  di  rumah. Ada  syair "danding  Manggarai" yang  menerangkan  hal  ini: "tutung  koe  sulu  eta ulu  kudut  losi  poti  rantang  darat  ole  Niko  leas,  leas  e...., Kete  koe  api  peang  lawir  kudut  losi  poti  rantang  darat  one  Niko leas - leas  e..."
11. Api kesadaran (intelek / pikiran). Pemerintah  dan masayarakat  Manggarai  sedang  giat-giatnya  membuka  sekolah di kampung  dan  kota  dalam  rangka  menyalakan  api  keasadaran (intelek)  dalam  rangka  menciptakan   masyarakat  yang  cerdas.  Pemerintah  percaya  bahwa  di  mana  ada  sekolah  di  situ  ada kemajuan. Sekolah merupakan  lokomotif  perubahan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar