Jumat, 03 Januari 2014

Thales dan Relevansinya dalam Kosmologi Manggarai



         1  . Wae  Bate  Teku:  -  Thales    n  Empedocles
  
                         "Air  untuk    orang Manggarai  adalah    manusia (ata)".
Air, sifatnya  selalu  mau mengalir, berjalan,  mencari  jalan  keluar  dari  suatu  tempat  ke  tempat  lain sejauh memungkinkan. Dengan  ini orang  Manggarai selalu disadarkan untuk terus berubah,mengalir,mencari  solusi  atas   berbagai persoalan hidup  yang  dialami. (11 Jan. 2014).


Air (wae) menjadi  unsur  kosmos  yang  sangat  penting  bagi orang  Manggarai.  Tiada  air  tiada kehidupan. Menyadari  betapa  pentingnya   air, orang  Manggarai pada pesta  adat  penti mengadakan persembahan  di mata  air. Mengadakan persembahan di mata air pada pesta  adat  penti  disebut Barong  Wae.   Air menjadi  salah  stu  dari 5  komponen  budaya  Manggarai. Semua orang  Manggarai  butuh air, termasuk  para nenek  moyang. Nenek  moyang  masyarakat  asli  Manggarai, Homo Florensiensis (Fobit / manusia  Flores / pendek)  mereka  membutuhkan  air. Demikian  juga  nenek  moyang  yang  datang  dari  luar   Flores ( Eropoid, Mongoloid, Melayu , Negroid, Sumatra, Sulawesi, Sumba). Mereka  tiba  di  Manggarai   melalui    laut (air). Tanpa air (laut)  sulit  dibayangkan  mereka  bias  tiba  di Manggarai. Nenek  orang suku  Ngkuleng (Lambaleda  dan Cibal)  datang  melalui  laut,  mendarat  di  pantai  Nangarawa – Borong / Kota  Komba. Nenek  moyang  suku  Todo, Masyur dating  melalui  laut  (air) ,   tiba  di Werloka,Labuan Bajo. Nenek  moyang  suku Kempo,  datang  dari  Sumba  melalui  laut,   mendarat  di  pantai  Nisar, Lembor. Nenek  moyang  suku  Ndoso  dan  Ruis -Loce,  Jou,  datang  dari  Minangkabau melaui  laut,  tiba  di  Reo. Demikian juga  nenek  moyang  suku – suku  lainnya.
Air  menjadi  komponen  yang  tak  terpisahkan  dari kehidupan  orang   Manggarai, termasuk  para leluhur  suku. Ada  banyak kisah yang  bisa   digali  yang menunjukkan  bahwa  unsur  air  dalam kehidupan    nenek  moyang  memegang  peanan  penting. Beberapa  kisah  itu  adalah:
1.       Suku  Maras  Welo  di Wela, Sano / Goloworok, Maras, Senda,Lewur  dan  Sama.Uku  maras  memiliki  totem  /   tabu  (seki) berupa   katak.  Konon,  sang  nenek  moyang   melakukan  perjalan jauh  ke  suatu  tempat. Dia  membawa  bekanmakanan  hanya  tak  membawa  air. Orang  Manggarai  tempo  dulu  tak  mimiliki  kebiasaan  membawa  air saat  bepergian. Tiba di  suatu  tempat,  leluhur  ini  lapar  dan  makan  bekal  yang  dibawanya.  Dia   makan  tanpa   minum  air. Dia  tersedak.  Di dekat  situ   dia  mendengar  bunyi  katak. Dia minta  bantuan  katak  itu. “Katak  tolonglah  saya. Berikan  aku  air. Aku  tersedak.Bila  engkau  memberikan  aku  air,  aku  dan  keturunanku tidak  akan  memakanmu sampai  selama-lamanya,” demikian  permintaan  leluhur  ini sambil disertai  sumpah  janji. Tiba-tiba,…  keluar  air. Dia  minum. Selamatlah  dia  dari  kesedakannya.  Sebagai ucapan  terimakasihnya  sejak  saat  itu  dia  dan  keturunannya  berjanji  tidak  makan  katak.
2.       Poco  Kuwus  dan  Golo / Watu Umpu  (Welak). Poco  Kuwus memiliki  adik. Suatu  hari  mereka  sepakat untuk  berpisah. Sang  adik  minta  pamit  kepada  kakak  serta memohon  restu  bagi tempat benuming  baru. Dia  berjalan   lalu  berhenti. Dia  berhenti di Lasang, Ker, Ranggu, Berangnangis, dll. Dia  selalu mengkonfirmasikan kepada  kakaknya   perihal  tempat  yang  dia  datangi. Dia  selalu mendapat  jawaban  tidak  dari  kakak  terhadap  tempat-tempat  itu. Setiapkali  dia meninggalkan  tempat  itu, dia meninggalkan  bekas, yakni  mata  air.  Dia akhirnya  tiba di watu / golo Umpu.Dia menetap  di situ  karena  tak  mendengar  suara sang kakak,Poco Kuwus. Dia mengambil  keputusan untuk  tinggal  di  situ  karena   menurut  dia,kakak  diam. Diam  berarti  setuju  bahwa  dia   tinggal  di situ. Jadilah  dia  menetap  di Umpu. Tempat  itu  menjadi Watu /Golo  Umpu. Di sekitar  situ  ada  dataran persawahan    dan air  membual  dari  buku / watu  umpu, menghidupkan  tumbuhan dan  tanaman  serta  binatang  sekitar.
3  .       Orang Manggarai  menggunakan  air  untuk  membersihakan  kampung dan  diri  warga. Dalam acara  syukuran  penti  atau  selamatan   kampung  “sebong  golo” ,   material silih   simbol kejahatan warga kampong  - dihanyutkan  di  sungai.
4  .       Nggerang: pongkor rangat : 8  mata  wae -  Ndoso.;  Awang: Ipung (Ikang)
5  .       Rueng -  Rana  Ka  (danau  yang dikunjungi  Gagak / hitam)
6  .       Hendang – Pake
7  .       Ikan  Marang : - Narang
8  .       Bengewuk:  sebong  one  wae
9  .       Watu  Pau’ng:    tegi  usang
-  -   Nunduk  Waja   agu  Empo   data  Golo  Ronggot:
1  0.   Nipi  manga  one  wae: teku  wae,  limbang  wae…………;  wae bersih atau  kotor?
11.   Jou  and  4  ekor anjing  di  Wae  Ncuring,  Ndoso








  http://sailkomodo2013.nttprov.go.id/index.php/destinasi/2012-12-10-05-53-40/manggarai/169-mata-air-panas-dan-gas-alam-ulumbu

Mata Air Panas dan Gas Alam Ulumbu

Sumber mata air panas dan gas alam terbesar di NTT, di Desa Wewo Kecamatan Satar Mese yang dipercaya bisa dimanfaatkan untuk terapi kesehatan untuk mengatasi penyakit kulit. Tepat berada di tengah kawasan hutan lindung, Ulumbu dijadikan sumber pembangkit tenaga listrik (tenaga gas bumi / Geothermal), anda dapat menyaksikan kepulan asap putih pada banyak titik, air mendidih yang berlumpur dengan belerang kekuning-kuningan bahkan merasakan langsung sengatan air dan bebatuan panas.
Kegiatan yang bisa dilakukan: Tempat yang cocok untuk mandi /mengobati penyakit kulit dan camping ground.
Transportasi:
Perjalanan mencapai Ulumbu sekitar 23 km dari Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai, menanjaki punggung gunung Golo Lusang hingga tiba di Ulumbu. Menggunakan kendaraan roda 2 atau 4 memakan waktu 1 jam.
Cetak





Tidak ada komentar:

Posting Komentar